Jauh
dalam samudra jiwaku, anganku berkelana.
Menembus
batas ruang dan dimensi.
Satu
kenangan indah dalam benak.
Bak
ukiran yang slalu terpatri.
teringat.....!
Nenek.....
Dua
puluh tahun sudah genap ku jalani hidup. Tapi memori ini masih sangat segar tuk
mengingat kenangan masa lalu ketika aku masih dalam pelukannya. Air mukanya
yang jernih, sentuhanya yang lembut, tuturnya yang halus, ah....semuanya masih
bisa ku ingat. Karena tak dapat kupungkiri setengah jiwaku telah menjalani
perjalanan bersamanya. Sorot matanya yang tajam, sangat menununjukkan kepada
siapa saja yang bertemu denganya bahwa dia adalah sosok wanita yang kuat dan
mempunyai idealisme tinggi. Di dadanya ada sebuah cita-cita agung tuk kemajuan
Islam. Dalam setiap langkahnya ia niatkan tuk menyayangi sesama. Uluran
tangannya selalu ada di hati orang-orang yang membutuhkan. Maha suci engkau Yaa
Rabb yang telah menjadikan aku terlahir di dalam nasab keturunannya.
Memang
perjalanan selalu dihiasi oleh liku yang terkadang sangat sulit tuk dilewati.
Seperti itulah ku lalui hari-hariku bersama neneku. Banyak pelajaran berharga
yang kujadikan bekal hidup. Mungkin bukan hanya aku, tapi untuk seluruh
keluargaku dan orang yang pernah mengenalnya. Setiap untaian hikmah yang diucap
olehnya menjadikan manusia berani menjelajahi rona kehidupan di dunia yang fana
ini.
Tapi
sayang di balik segala ketegaranya, di tengah orang-orang yang sangat
mencintainya. Dapat kulihat dengan jelas, ada beban berat yang ia pikul seorang
diri. Kalau hanya menghadapi penjajah,atau musuh dari luar, pangkat veteran
kurasa sudah cukup menunjukkan ia mampu menghadapinya. Tapi pada kenyataanya
apa yang ia hadapi lebih rumit dari hal tersebut. Delapan orang anak,dihidupi
dan disekolahkan. Bukan hanya raganya yang lelah, batinya pun letih menahan
segala peluh. Lebih-lebih setelah ia menyandang status janda, bukan hal yang
mudah untuk diarungi.
Sebagai
nakhoda yang handal, badai saljupun bertekuk lutut kepadanya. Tak mudah baginya
berputus asa, karena ia yakin Allah kan selalu meridhoi sebuah cita-cita mulia.
Surau demi surau, pengajian demi pengajian ia kunjungi, tuk mengajar dan
menyedekahkan sebagian ilmunya. Dari situlah ia mampu mengumpulkan sedikit demi
sedikit rupiah tuk kelangsungan hidup anak-anaknya, dan juga untuk kalangsungan
hidupku secara tidak langsung. Hujan terik tak dihiraukanya, jalan terjal sudah
menjadi santapanya sehari-hari. Darinya aku belajar bersyukur atas kehidupan
yang kurasakan sekarang ini.
Sungguh
tak dinyana, pohon cabai berbuah durian. Rupiah yang ia kumpulkan, menghasilkan
sebuah bangunan tempat orang belajar mengaji dan menimba ilmu agama. Madrasah.
Seperti itulah sering kita dengar. Memang terdengar remeh, tapi dari sebuah
madrasah kecil itulah yang menjadi babat daerah tempat aku dilahirkan yang
dahulunya ladang maksiat. Di mana sudah menjadi kebiasaan orang bermain judi
dan mabuk disurau-surau. Sulit dibayangkan, seorang janda menghapus segala
maksiat dengan kelemahanya. Kalau tidak karena cita-cita mulia, pertolongan
Allah mungkin tidak bersamanya.
Hari
demi hari, waktu demi waktu aku mulai beranjak dari balitaku membuka gerbang
kedewasaanku sedikit demi sedikit. Sulit bagiku untuk tidak menghadirkannya
dalam setiap lembar sejarah indahku. Raga dan jiwaku ada dalam naungannya,
begitu juga ayah dan ibuku, atau bahkan keluarga besarku. Yang jelas rasa itu
begitu besar dalam hidupku. Karena segala sesuatu yang dilakukannya bukan untuk
pribadinya, tapi untuk anak, cucu, bahkan ummat Islam secara keseluruhan.
Berkali-kali
ku sebut, "cita-cita mulia", karena memang hadirnya dalam setiap diri
seseorang tidak mudah membuat orang itu melupakannya begitu saja. Parasnya kan
slalu muncul dalam bayangan. Wejangan-wejanganya nan agung kan selalu terngiang
dalam mengarungi hayat. Bercengkrama bersamanya selalu dinanti dalam harapan.
Sangat sulit rasanya menafikan semua itu.
Terima
kasih nek.....! Engkau karunia termahal dari-Nya untukku. Hanya itu yang dapat
ku hatur di saat kepergiaanya meninggalkanku dan semua orang yang mencintainya.
Hanya do'a yang kubingkiskan untuknya sebagai hadiah istimewa yang dapat ku
berikan. Dan semoga amal ibadahnya di terima Allah SWT.
Ingin
rasanya lisan ini mengucap beribu tutur tentangnya.......tapi.....! Biarlah itu
menjadi kenangan dan merupakan hal terindah yang pernah ku kecup manis dalam
hidupku...





No comments:
Post a Comment