Wednesday, July 22, 2009

Terima Kasih Nenek


Jauh dalam samudra jiwaku, anganku berkelana.
Menembus batas ruang dan dimensi.
Satu kenangan indah dalam benak.
Bak ukiran yang slalu terpatri.
teringat.....!
Nenek.....

Dua puluh tahun sudah genap ku jalani hidup. Tapi memori ini masih sangat segar tuk mengingat kenangan masa lalu ketika aku masih dalam pelukannya. Air mukanya yang jernih, sentuhanya yang lembut, tuturnya yang halus, ah....semuanya masih bisa ku ingat. Karena tak dapat kupungkiri setengah jiwaku telah menjalani perjalanan bersamanya. Sorot matanya yang tajam, sangat menununjukkan kepada siapa saja yang bertemu denganya bahwa dia adalah sosok wanita yang kuat dan mempunyai idealisme tinggi. Di dadanya ada sebuah cita-cita agung tuk kemajuan Islam. Dalam setiap langkahnya ia niatkan tuk menyayangi sesama. Uluran tangannya selalu ada di hati orang-orang yang membutuhkan. Maha suci engkau Yaa Rabb yang telah menjadikan aku terlahir di dalam nasab keturunannya.

Memang perjalanan selalu dihiasi oleh liku yang terkadang sangat sulit tuk dilewati. Seperti itulah ku lalui hari-hariku bersama neneku. Banyak pelajaran berharga yang kujadikan bekal hidup. Mungkin bukan hanya aku, tapi untuk seluruh keluargaku dan orang yang pernah mengenalnya. Setiap untaian hikmah yang diucap olehnya menjadikan manusia berani menjelajahi rona kehidupan di dunia yang fana ini. 

Tapi sayang di balik segala ketegaranya, di tengah orang-orang yang sangat mencintainya. Dapat kulihat dengan jelas, ada beban berat yang ia pikul seorang diri. Kalau hanya menghadapi penjajah,atau musuh dari luar, pangkat veteran kurasa sudah cukup menunjukkan ia mampu menghadapinya. Tapi pada kenyataanya apa yang ia hadapi lebih rumit dari hal tersebut. Delapan orang anak,dihidupi dan disekolahkan. Bukan hanya raganya yang lelah, batinya pun letih menahan segala peluh. Lebih-lebih setelah ia menyandang status janda, bukan hal yang mudah untuk diarungi. 

Sebagai nakhoda yang handal, badai saljupun bertekuk lutut kepadanya. Tak mudah baginya berputus asa, karena ia yakin Allah kan selalu meridhoi sebuah cita-cita mulia. Surau demi surau, pengajian demi pengajian ia kunjungi, tuk mengajar dan menyedekahkan sebagian ilmunya. Dari situlah ia mampu mengumpulkan sedikit demi sedikit rupiah tuk kelangsungan hidup anak-anaknya, dan juga untuk kalangsungan hidupku secara tidak langsung. Hujan terik tak dihiraukanya, jalan terjal sudah menjadi santapanya sehari-hari. Darinya aku belajar bersyukur atas kehidupan yang kurasakan sekarang ini.

Sungguh tak dinyana, pohon cabai berbuah durian. Rupiah yang ia kumpulkan, menghasilkan sebuah bangunan tempat orang belajar mengaji dan menimba ilmu agama. Madrasah. Seperti itulah sering kita dengar. Memang terdengar remeh, tapi dari sebuah madrasah kecil itulah yang menjadi babat daerah tempat aku dilahirkan yang dahulunya ladang maksiat. Di mana sudah menjadi kebiasaan orang bermain judi dan mabuk disurau-surau. Sulit dibayangkan, seorang janda menghapus segala maksiat dengan kelemahanya. Kalau tidak karena cita-cita mulia, pertolongan Allah mungkin tidak bersamanya.

Hari demi hari, waktu demi waktu aku mulai beranjak dari balitaku membuka gerbang kedewasaanku sedikit demi sedikit. Sulit bagiku untuk tidak menghadirkannya dalam setiap lembar sejarah indahku. Raga dan jiwaku ada dalam naungannya, begitu juga ayah dan ibuku, atau bahkan keluarga besarku. Yang jelas rasa itu begitu besar dalam hidupku. Karena segala sesuatu yang dilakukannya bukan untuk pribadinya, tapi untuk anak, cucu, bahkan ummat Islam secara keseluruhan.

Berkali-kali ku sebut, "cita-cita mulia", karena memang hadirnya dalam setiap diri seseorang tidak mudah membuat orang itu melupakannya begitu saja. Parasnya kan slalu muncul dalam bayangan. Wejangan-wejanganya nan agung kan selalu terngiang dalam mengarungi hayat. Bercengkrama bersamanya selalu dinanti dalam harapan. Sangat sulit rasanya menafikan semua itu. 

Terima kasih nek.....! Engkau karunia termahal dari-Nya untukku. Hanya itu yang dapat ku hatur di saat kepergiaanya meninggalkanku dan semua orang yang mencintainya. Hanya do'a yang kubingkiskan untuknya sebagai hadiah istimewa yang dapat ku berikan. Dan semoga amal ibadahnya di terima Allah SWT. 

Ingin rasanya lisan ini mengucap beribu tutur tentangnya.......tapi.....! Biarlah itu menjadi kenangan dan merupakan hal terindah yang pernah ku kecup manis dalam hidupku...

No comments:

Post a Comment