Udah
lama banget rasanya ga blogging lagi… hehe. Maklum dah blogger abal-abal Kw 39
yang seharusnya udah ga beredar lagi di
pasaran. Bisa nulis klo lagi ada mood aja, ga konsisten dan ga punya komitment.
Ditambah lagi nasib sebagai mahasiswa rantau yang harus mencari sampingan karna
ga bisa sepenuhnya mengandalkan beasiswa, gue menambah pemasukan dengan
berprofesi sebagai tukang ketik, haha… ciprik banget sih, tapi Alhamdulillah,
kemampuan yang gue punya ga semua orang punya. Karena ga semua orang Indonesia
ternyata bisa mengetik arab dengan cepat. Walaupun akhirnya gue harus rela,
sekarang jari-jari gue kayak udah kedefault keyboard arab gitu. Jadi harus
sedikit adaptasi lagi untuk ngetik tulisan latin.
Kali
ini gue mau ngajak temen-temen pembaca blog buat muhasabah kecil-kecilan aja,
yaa semoga aja ada manfaatnya. Hehehe… berhubung yang gue ketik kebanyakan
manuscript ulama Islam era 1100 sampe 1300 an hijriyah, gue ngambil sedikit
pelajaran dari mereka. Ternyata budaya menulis dalam Islam udah ada sejak lama.
Karena ulamanya senantiasa melestarikan ilmu yang diwariskan turun temurun dari
Nabi kita Muhammad Saw sampai zaman kita
ini. Dan menurut survey, dari sekian banyaknya agama di dunia, Islamlah yang
memililki peninggalan manuscript terbanyak yang sampai sekarang masih banyak
yang belum di ketik ulang.
Dari
sedikit manuscript yang gue ketik, gue mikir, ini ulama dulu ga ada kata bosen
apa ya pas nulis? Karena nulisnya pasti harus pelan-pelan dan teliti, sebab
bahan yang dipakai adalah kertas kayu dan tinta, kalau salah ga bisa dihapus,
yang ada ganti kertas. Tapi mereka tetap menulis, menyebarkan ilmu, dan
menuntun kepada kebenaran, baik itu tulisannya di bidang Fiqh, Tafsir, atau pun
tasawwuf. Sedangkan kita sekarang, menulis terkadang ga murni ingin memberi
manfaat untuk pembaca, tapi ada kepentingan lain. Hehe…
Oya,
belom lama ini, pas waktu ngantuk-ngantuknya di ruang kuliah, entah karena apa
dosen gue yang dari Syiria nulis sesuatu di white board, kurang lebih begini
gambarnya :
Ada
yang tau ini gambar apa? Sebenernya gue juga bingung secara dia tadi panjang
lebar ngebahas materi dirosah ushuliyah (yaitu pembahasan tentang Ushul
Fiqh lintas madzhab) ko tiba-tiba malah gambar. Berhubung waktu itu itu gue
setengah sadar jadi gue kurang nyambung sama cerita sebelumnya. Biasalah, orang
kalau terlalu konsentrasi dampaknya cuma dua, kalau ga tambah semangat ya
ngantuk, dan gue termasuk yang ke dua, hehe..
Jadi awalnya, dosen gue cerita, kalau dulu dia
pernah ngajar di sekolah umum di Syiria yang mana ternyata di sana ga semuanya
memeluk agama Islam, sedangkan dia di suruh mengajarkan materi dirosah
Islamiyah (pelajaran agama Islam).
Akhirnya pas udah masuk kelas, murid-muridnya
masih pada ribut seakan kurang setuju di berikannya materi Dirosah Islamiyah
ke pada mereka. Karena dosen gue orangnya juga keras, di ga peduli, apapun
yang terjadi dia harus masuk dengan segala prinsip, materi, dan logika yang dia
miliki.
Ketika dia duduk di bangku guru, sebagian murid
masih ribut, sebagian lain yang beragama Islam duduk tenang menghormatinya.
Wajahnya yang tampan, dengan janggut lebat menghiasi mukanya sebenarnya sudah
cukup membuat ia terlihat berwibaya, tapi tatapan tajamnya tetap ia hujamkan ke
seluruh penduduk kelas untuk menenangkan suasana kelas. Apalagi ini awal
pertama masuk kelas, seorang guru pastinya harus punya daya tarik tersendiri di
depan muridnya.
Setelah suasana tenang ia mulai mengeluarkan
suaranya, “saya tidak minta kalian menghormati saya, ataupun pelajaran ini.
Sekarang masukkan semua buku kalian ke dalam laci dan saya minta untuk kali ini
dengarkan apa yang akan saya bicarakan”, katanya kepada seluruh murid di kelas
tersebut.
Lalu dia menggambar apa yang seperti tergambar di
atas dan menjelaskannya. Kelas pun hening.
“Kalian tau ini apa?” tanyanya kepada murid
sekalian, dan ia pun melanjutkan perkataannya. “Titik yang pertama, adalah
titik dimana kita lahir, dan titik yang kedua adalah titik di mana kita mati,
lalu garis panjang ini adalah perjalanan kita setelah kematian. Jika kalian
belajar matematika, pastinya kalian tau, tanda apa di ujung panah tersebut, apa
artinya?” ia seakan bertanya lalu menjawab pertanyaannya sendiri, “artinya tak
terhingga”.
“Jadi hidup yang kita jalani hanyalah perpindahan
dari satu titik ke titik lain, lalu setelah itu, kita memasuki dimensi tak
terhingga yang kekal abadi. Maka saya minta setelah ini kalian berfikir, untuk
apa wujud kalian, apa yang sebenarnya kalian cari, dan yang paling penting
bagaimana kalian akan menjalani kedhidupan di dimensi tak terhingga”.
Setelah perktaannya tersebut kelas menjadi tenang
dan pelajaranpun tersampaikan tanpa ada sedikitpun ocehan dari murid yang
berbeda keyakinan. Apakah akhirnya semua muridnya masuk islam gue juga kurang
tau, karena cerita habis sampai di situ.
Dari penggalan cerita diatas gue cuma mau ngajak
temen-temen pembaca aja, dan sebenernya tulisan ini buat gue sendiri untuk bisa
memperbaiki diri di sisa umur yang udah diberikan Sang Pencipta kepada kita.
Jika analogi kehidupan yang kita jalani hanyalah
perpindahan dari titik satu ke titik lainnya yang sangat berdekatan, maka susah
dan senang yang kita rasakan hanya sekejap jika dibandingkan dengan keabadian
akan kita jalani nantinya. Gue jadi
inget kata nyokap, "kalau yang fiki kejar akhirat, dunianya nanti ngikut,
tapi kalau ngejar dunia, hidup itu cuma sementara", makanya nyokap selalu
bilang juga bahwa segala apa yang kita miliki ini untuk dinikmati serta
disyukuri. Saat kita punya uang lebih jangan sampe habis tanpa ada manfaat
sedikitpun.
Sebagai manusia ga gue punggikirin, salah dan
dosa gue numpuknya ngelebihin harta koruptor terkaya sedunia, tapi biar begitu,
kita ga bisa terus terpaku kepada kesalahan dan lupa bahwa kita punya Tuhan
yang Maha Pengampun yang selalu menerima setiap hamba yang datang kembali kepada-Nya.
Pernah ngerasa ganjil ga? Kita sering ngaku
sayang kepada pasangan, teman, atau saudara sekalipun, tapi wujud sayang kita
hanya sebatas hal-hal sementara. Kita sering takut kalau pasangan kita lupa
makan sehingga kadang kita sering mengingatkan, “sayang kamu udah makan? Jangan
lupa minum vitamin ya! I love u”, begitu juga kepada teman. Atau contoh lain
orang tua kepada anaknya, “Uang kamu masih ada nak?” atau hal-hal lain yang
kita asumsikan itu penting padahal tidak terlalu, karena ada hal penting yang
harus diingatkan dan saling mengingatkan, misalnya, “Sayang kamu udah sholat
subuh?” atau, “nak, hari ini kamu sudah baca Qur’an”.
Nah jika konsep sayang kita selama ini hanya
sebatas hal-hal tersebut, maka kita belum sepenuhnya sayang, hehe… itu menurut
gue. Karena kalau beneran sayang kita ga akan rela dia masuk neraka karena kita
lupa mengingatkan, kita ga akan rela dia dihukum karena lalai dan begitu juga
sebaliknya. Sebab sebagai manusia yang akan abadi di akhirat, konsep sayang
kita juga harus jauh sampai ke keabadian tersebut. Karena nanti di akhirat
antara sesama teman saling bermusuhan kecuali mereka yang menjaga hak-hak Allah
dalam pertemanannya.
Gue ga abis pikir sama pasangan yang sekarang
lagi ngetrend hamil di luar nikah, akibat pergaulan bebas yang kacau balau.
Untuk membuktikan cintanya, si cewe harus rela berhubungan badan sama cowonya.
Dan selalu kata-kata yang di pake sama cowo2 ga bertanggungjawab, “kamu cinta
sama aku ga sayang?” terus cewenya bilang, “ya iyalah sayang”, lalu cowonya
nimpalin, “kalau begitu buktikan dong sayang”, lalu terjadilah. Dan pas udah
jadi anak, lakinya kabur, cewenya cuma bisa nangis di kamar. Nah, seperti
itulah kemungkinan terburuk jika konsep sayang yang kita terapkan bukan konsep
sayang yang abadi.
Begitu juga dengan konsep harta, ilmu, dan hidup
secara keseluruhan, sudah seharusnya kita berfikir, bagaimana harta, ilmu, dan
hidup yang kita jalani ini bermanfaat bagi kita ketika kita nanti memasuki
dimensi tak terhingga dimana semua kebenaran terungkap tanpa ada sedikitpun
dusta bisa bermain di dalamnya.
Maka dari itu sob, mulai dari sekarang, mumpung
nafas belum sampai di kerongkongan, kita sama-sama memperbaiki diri, berfikir
panjang tentang konsep hidup yang kekal, lalu menjadikan setiap apa yang sedang
kita kerjakan menjadi bekal memasuki gerbang dimensi tak terhingga. Agar
kebahagiaan yang kita rasakan tidak hanya di dunia tapi juga sampai ke akhirat.
Sekarang pola pikir manusia pada umumnya sudah
mulai menyempit, lupa arah dan monoton. Sejak dari TK otak kita di doktrin
gimana caranya punya pacar cepet, trus nikah. Percaya atau enggak semua media
audio visual menyuarakan doktrin yang sama, sampai sampai film kartun Dora
punya saingan Diego yang diisukan kelak Dora dan Diego akan menikah, nah lho.
Mulai dari kecil otak kita diracuni dengan hal-hal romantisme semu. Ga heran
kalau sampai sekarang bangsa kita belum maju, sebab pola pikir anak bangsanya
ga lebih baik dari rantai makanan di kelas biologi, yaitu : sekolah – kerja –
nikah – punya anak, lalu anaknya juga berfikiran seperti itu, dan terus sampai
tujuh turunan berpikir dengan cara berfikir yang sama.
Gue juga sempet bertanya-tanya sama orang yang
bertujuan menikmati masa pensiun dengan nyaman. Yaa… ga ada salahnya dia
bertujuan seperti itu, tapi jika otaknya berpikir jernih, untuk apa dia
menghabiskan berpuluh-puluh tahun mencari harta yang untuk dinikmati paling
lama 20 th, setelah itu ia terkubur bersama harta-hartanya. Sebagai orang yang
belajar bijak, tidak seharusnya kita berfikir seperti itu, karena lebih baik
kita berusaha seumur hidup, untuk bahagia di kehidupan yang kekal, dan itu
adalah sebaik-baiknya pensiun.
Hidup yang baik dan berkualitas dimulai dari pola
pikir yang sehat, pola pikir yang sehat akan terwujud dari hati yang bersih,
hati yang bersih bersumber dari niat yang suci, dan niat yang suci harus
diteruskan dengan perbuatan baik. Maka dari itu, sama-sama kita perbaiki hidup
kita, mulai dari sekarang dengan apa yang bisa kita lakukan. Pasang tekad yang
kuat, karena setiap niat baik pasti ada cobaannya.
Jangan pernah putus asa terhadap dosa yang
menumpuk, karena kita punya Tuhan yang Maha pengampun. Tapi jangan sekali-kali
memanfaatkan sifat pengampunnya Tuhan untuk lalai dalam dosa karena harus
diingat azabnya sangat pedih. Semoga hari-hari kita bisa lebih baik lagi dan
lebih berkualitas buat sesama. Amin.






Bermanfaat banget, bikin gue merenung lama setelah baca tulisan ini. Oke satu lagi, Fik. Udah baca Quran blom hari ini? Hihihi
ReplyDeleteasik daaaahh........cerdas....hahahaha
Delete