Tuesday, April 29, 2014

Nikah



Dulu waktu kecil gue paling seneng banget diajak ke pesta perkawinan, soalnya bakalan banyak makanan yang bisa gue makan. Gue paling suka sama pudding berlumuran fla yang selalu bikin gue belepotan tiap pulang pesta.
Sayangnya ga setiap ada kondangan gue diajak. Selalu ada aja alasan ortu buat ga ngajak gue saking takutnya bakal ngerepotin. Dan alasan yang paling ampuh yang sering dipake ortu, ‘anak kecil ga boleh masuk, kalau mau ikut tunggu di mobil sama supir’.
Semenjak doktrin ‘ga setiap pesta anak kecil boleh masuk’ bersarang di otak gue, selama duduk di bangku SD, tiap kali diajak ke pesta perkawinan gue selalu nanya, “anak kecil boleh masuk ga?” Bahkan sempet juga waktu ada temen gue yang ngundang ke pesta ulang tahun, gue melemparkan pertanyaan yang sama, “ini anak kecil boleh masuk?”
***
Nah sekarang gue mau ngomongin nikah, dan ngomongin nikah itu ga bakal bisa lepas dari yang namanya jodoh. Oya sebelumnya gue mau cerita. Belum lama ini akhirnya gue putus lagi. Dan untuk kesekian kalinya gue gagal membina hubungan untuk sampai kepelaminan. Padalah sama cewek yang terakhir ini gue udh ngerasa nyaman banget. Bisa dibilang kita punya banyak kesamaan dari segi visi, misi, dan pandangan hidup. Yaah, tapi yang namanya  jodoh sekali misteri tetap misteri. Manusia hanya bisa berikhtiar dan Allah lah yang menentukan.
Mulai saat ini gue putusin, gue udah ga mau lagi jatuh cinta sebelum menikah. Karena menurut pengalaman gue, jatuh cinta sebelum menikah itu sama kayak undian berhadiah, kita capek berusaha ngumpulin kuponnya, tapi hasilnya belum tentu. Dan lebih baik mengejari mimpi dulu, menikmati hidup dengan segala pengalamannya sebelum akhirnya memutuskan untuk membangun masa depan bersama orang yang akan di cintai sampai mati.
Gue mau cerita tentang pengalaman temen-temen gue menjemput jodohnya, ada yang berhasil, da nada juga yang gagal. Tetapi gagal, adalah pelajaran berharga untuk bisa menjadi benar. Oya, untuk nama semuanya gue samarkan. Hehe…
Dimulai dari temen gue Apem. Apem ini orangnya bisa dibilang cukup enak dilihat, hanya saja dia mengalami pemborosan di muka dan sedikit perluasan lahan di jidad. Jadi bisa dibilang tampangnya terlihat lima tahun lebih tua dari umur aslinya.
Sebelum berangkat melanjutkan studi di luar negri, Apem sudah dijodohkan dengan seseorang pilihan keluarganya. Tapi dia menolak dengan tegas, alasannya mau fokus belajar dulu, dan belum berpikiran untuk menikah.
Usut punya usut, ternyata, cewek yang dikenalkan ke Apem punya adik perempuan yang lebih cantik dari dia. Dan apem menaruh hati padanya. Jadi alasan dia ingin fokus kuliah dulu hanya kamuflase, supaya nanti ketika dia pergi, cewek yang dijodohkan ke dia sudah menikah, dan akhirnya dia bisa mendapatkan adiknya.
Setelah delapan tahun lebih di luar negri, akhirnya Apem pulang ke Tanah Air dengan sejuta harapan, sudah tidak sabar ingin meminang sang adik dari cewek yang ia tolak dulu. Tapi ternyata sesampainya di tanah air, sang kakak belum juga menikah. Dan Apem tidak punya alasan lagi untuk tidak menikahi cewek tersebut, karena alasannya masih mau meneruskan kuliah sudah basi dan berlumut. Akhirnya Apem pun menikah dengan cewek tersebut.
Lanjut ke temen gue yang ke dua, namanya Risol. Kalau dilihat dari tampangnya dia mirip banget sama Syeikh Paijo yang suka ngoleksi perawan, cuma bedanya dia agak sedikit pendek, jadinya dia lebih mirip Syeikh Paijo gagal orthopedi.
Nah, kisahnya Risol ga jauh beda sama Apem, dia mendambakan adik dari cewek yang dijodohkan ke dia. Tapi sayangnya setelah menolak kakaknya, adiknya malah menikah lebih dulu dan kakaknya belum. Lalu setelah Risol ingin kembali kepada tawaran pertama, kakaknya menolak. Dan akhirnya Risol patah hati lalu nekat mengakhiri kekurusannya dengang meneguk sebotol obat cacing. Jadilah Risol yang sekarang mirip Syeikh Paijo yang habis berendam minyak tanah.
Temen gue selanjutnya namanya Kroket. Kalau bilang tampang sih, bolehlah. Lumayan ganteng, putih, dan mirip Robi Tumewu, artis lawas yang main serial komedi Gara-gara. Yang tau, pasti seumuran sama gue atau lebih tua. Hehe…
Kisah yang dialami Keroket cukup sinetron abis dan agak kurang elit, yaitu berawal dari pertunangan Keroket dengan kekasih tercintanya sebelum ia melanjutkan studinya di luar negri.
Dan sebelum berangkat, “Neng, tunggu Aa yaa, Aa pasti pulang buat menyempurnakan separuh agama Aa bersama Neng”.
“Bener ya A, Aa pasti pulang. Neng akan selalu menunggu Aa sampai kapanpun, walaupun sangat berat bagi Neng untuk berpisah dengan Aa, karena separuh jiwa Neng ikut bersama Aa saat raga Aa jauh dari Neng”. Hueeeek…! Muntah paku gue dengernya.
Lalu merekapun menjalankan yang namanya long distance relationship, alias hubungan jarak jauh, dimana jarak menjadi jeda yang memisah sementara kasih sayang mereka.
Setahun berjalan, mereka masih mampu menjaga kepercayaan, “A, Neng kangen. Neng terus menunggu Aa. Aa jaga kesehatan ya di sana”. Hueeek…!
“Iya neng, Aa selalu merindukan bayang Neng dalam gugusan bintang yang bertaburan”. Hueeek…! Dia ga tau apa, berapa banyak nakhoda yang bakal tersesat kalau gugusan bintang membentuk rasi muka tunangannya.
Selanjutnya. Dua tahun berjalan. Rasa rindu yang ada dalam diri si Neng semakin membuncah. Ia sepertinya mulai tidak kuat disiksa nikmatnya merindu. Setiap malam ia mulai gelisah, dan tidak nyenyak tidur. Mungkin karena ia belum ganti pembalut.
Memasuki tahun ke tiga, Neng yang cantik jelita semakin tidak kuat, “A, Aa kapan pulang, neng ga kuat A menahan rindu terus-menerus. Aa tega membiarkan Neng kurus menahan lapar?” Nah lho, kurus mah makan atuh Neng!
“Sabar Neng, Aa pasti pulang”.
“Tapi Neng udah ga kuat A, Neng minta Aa lepasin Neng biar Neng ga terus menerus tersiksa seperti ini”.
“Yaah Neng, katanya Neng mau setia menunggu Aa? Tapi baiklah, Aa ga tega juga melihat Neng menderita, kalau itu mau Neng, Aa ga bisa maksa. Mulai sekarang Neng bebas. Semoga Neng bahagia yaa”.
“Makasi, A, semoga Aa juga lancar ya studinya”.
Setahun kemudian Kroket pun pulang dari studinya di luar negri. Dan ternyata sesampainya di kampung halaman, Neng yang dulu minta dilepas belum juga menikah.
“A, Aa masih mau sama Neng?”
“Neng, Neng kemaren minta dilepas, yaa Aa lepas. Tapi Maaf Neng, Aa tidak bisa mengikat kembali apa yang sudah terlepas. Biar kita tempuh jalan kita masing”. Huueeek…! 
Dan kabar terakhir yang gue terima, Kroket masih nyari-nyari pendamping hidup dan belum ketemu yang pas. Setiap kali kenalan, selalu ga cocok. Dia jadi lelaki pemilih yang sedang mencari bidadari pembantu surga.
Nah, sekarang temen gue yang terakhir, ini sedih banget kisahnya. Dia cewek, imut, manis, jenius, muslimah. Pokoknya semua laki-laki pasti sukalah sama dia. Namanya Kokom.
Jadi ceritanya si Kokom punya pacar, dan ia berpacaran sudah hampir empat tahun lebih. Selama pacaran empat tahun si Kokom ini ternyata digantung tanpa kepastian sama pacarnya. Hanya janji-janji palsu saja yang dibual oleh pacarnya.  Ditambah lagi Kokom disuruh mengaku bahwa ia dan pacarnya bertatus tunangan supaya si Kokom ga ada yang ganggu. Gila ga tuh pacarnya, udah ga bisa ngasih kepastian, nyuruh ngaku udah tunangan pula. Sarraaap!
Belum lama ini, Kokom curhat ke gue tentang permasalahan yang sedang dihadapinya.
Kokom: Jadi gimana Fik, masalah gue? Gue dah coba ngertiin dia, setia nunggu dia sampe empat tahun gini, tapi apa coba balesannya ke gue? gue digantung tanpa kepastian. Setiap kali gue tanya, ‘A kapan atuh neng dilamar?’ jawabanya selalu aja, ‘sabar, sabar, dan sabar’.
Gue: Yaa elo sebagai cewek juga harus tegas Kom, dia ngegantung lo empat tahun tanpa kepastian, itu tandanya dia udah nyakitin elo. Dia ga cinta sama elo.
Kokom: Iya, tapi dia bilangnya pasti nikahin gue, Fik! Dia bilang dia cinta sama gue. Dan keadaan gue sekarang semakin sulit.
Gue: Sulit apanya? Lo tinggal bilang ke dia, “Aa kalau ga melamar neng bulan ini, kita putus”. Dan lo jangan percaya lagi sama janji-janji palsunya. Empat tahun itu udah terlalu lama untuk bersabar, emangnya kita vampire twilight apa bisa nunggu seribu tahun? *nyanyi: I’ve died every day waiting for you…dst*. Cinta itu jelas dan pasti Kom, kalau ga pasti dan ga jelas tandanya bukan cinta, gitu kata om Mario.
Kokom: Tapi gue suka kasian liat dia. Orang kalau gue ngambek dikit aja dia langsung kayak orang stress. Galau, trus guling-gulingan di pasir ga pake baju. Jadi gue di depan dia harus selalu ceria, sedangkan gue butuh bahunya yang tegap buat menampung semua keluh kesah gue.
Gue: Ya ampun Kom, elo kesian sama dia tapi ga kesian sama diri elo sendiri, sama keluarga elo, sama masa depan elo. Masa depan lo bakalan lebih baik kalau elo ninggalin dia. Kalau kasusnya udah kayak gitu, dia cuma laki-laki penakut yang ga punya prinsip. Elo ga bisa lagi mengandalkan bahunya yang tegap untuk berteduh,  yang ada dia yang bergantung sama elo bukan elo yang bergantung sama dia. Jadinya kebalik siapa yang cowok siapa yang cewek.
Kokom: Iya sih, tapi nyokapnya juga suka ngebujuk gue supaya jangan ninggalin dia Fik. Gue kan juga jadi dilemma.
Gue: Laah, elo gimana sih, itu ngapain coba nyokapnya minta lo jangan ninggalin, tapi ga nyuruh anaknya buat ngiket elo? Udahlah, buat apa coba lo ngorbanin semuanya, wasting time, buat orang yang sama sekali ga sayang sama elo, dan ga peduli sama kehidupan elo. Waktu terus berjalan Kom, dan kita tambah tua. Iya kalau dua tahun kedepan omongannya bisa dipegang dia bakal ngawinin elo, kalau lihat yang lebih bening gimana? Dia paling cuma bisa bilang, “maaf Kom, mugkin kita belom jodoh”. Lagian pacaran apaan coba yang nunggunya kudu sampe 6 tahun.
Kokom: Iya Fik, gue bakalan tegas sama dia. Tapi Fik?
Gue: Apalagi? Semuanya udah jelas. Dia ga sayang sama elo! Ngerti! Sekarang tugas lo cuma harus tegas ke dia, habis itu move on membenahi diri untuk masa depan yang lebih baik. Percaya, masih banyak laki-laki baik yang mau sama elo. Laki-laki baik itu datang dengan cara yang baik, Kom. Kalau memang dia ga mampu, dia akan membiarkan lo bahagia dengan orang lain, bukan malah Menggantung elo empat tahun. Itu bukan tanda cinta, tapi dia menyiksa lo pelan-pelan. Lo merasa tersiksa kan?
Kokom: Iya Fik, gue bakalan tegas kali ini.
Akhir cerita Kokom pun putus dengan pacarnya. Ga bisa dipungkiri, putus dari hubungan yang cukup lama itu memang menyakitkan. Tapi akan lebih menyakitkan lagi jika tetap bertahan dalam hubungan yang penuh ketidakpastian.
Saran gue buat temen-temen yang sedang mengalami nasib yang sama seperti Kokom, tegaslah dalam menjalin hubungan. Jangan pernah mau disuruh ngaku sudah tunangan padahal masih pacaran, itu sama aja nyiksa diri sendiri, karena cowok yang menyuruh kekasihnya mengakui setatus palsu hanya laki-laki pengecut yang ga bisa menjamin kebahagiaan pasangannya.
Terakhir gue mau ngutip status facebook sahabat gue, ‘jika tidak mampu membahagiakan seseorang, paling tidak jangan membuatnya bersedih dan terluka’.   

No comments:

Post a Comment