Wednesday, July 30, 2014

Iedul Fitri 1435 H

Homesick….homesick….homsick…. haaaaah… lagi-lagi moment idul fitri selalu bikin gue kangen sama suasana kampung halaman. Ketupat, sayur nangka, taucho medan, ayam kecap, gulai ayam, udang balado, jengkol goreng… haaaaah, gue kangen. Long distance relationship emang paling joss membuat kita lebih sayang dan menghayati lagi arti pentingnya orang-orang di sekeliling kita yang selalu menantikan kehadiran kita, dan kita selalu memimpikan bisa kembali lagi berkumpul bersama mereka. Kita gak akan tau betapa berharganya arti sebuah kebersamaan dengan orang-orang yang kita sayangi sebelum kita merasakan yang namanya perpisahan. Makanya gue pernah denger ungkapan dalam syair bahasa arab yang bilang, ‘aku pergi jauh untuk bisa lebih dekat kepadamu’. Yaa, pergi untuk lebih dekat lagi dalam media hati yang lebih intim.
Semoga aja ini lebaran terakhir gue jauh dari keluarga dan orang-orang yang gue sayangi di Indonesia, dan tahun depan gue bisa kembali lagi berkumpul bersama mereka.
Gue kangen melihat muka nyokap yang selalu saja meneduhkan terik panasnya kehidupan. Gue kangen melihat muka bokap yang selalu meyakinkan gue bahwa cobaan hidup itu adalah bumbu yang membuat kehidupan semakin berwarna dan berkesan. Gue kangen melihat wajah ponakan-ponakan gue yang waktu gue tinggal dulu masih pada imut-imut lucu dan sekarang sudah mulai beranjak dewasa, dan tiap kali gue menelpon mereka selalu bertanya, ‘om fiki kapan pulang? Lama amat belajarnya’. Gue juga kangen sama sepupu-sepupu gue yang selalu berbagi cerita, menebar tawa dalam keluarga besar yang gue sayangi. Gue kangen sama temen-temen gue yang entah sekarang sudah sibuk dengan pekerjaan atau repot dengan urusan keluarganya masing-masing. Aaahhh… gue kangen semuanya, dan gak bisa dipungkiri, sejauh apapun dan selama apapun kita merantau, orang-orang tersayang selalu dekat di hati.
Seperti idul fitri-idul fitri sebelumnya, idul fitri kali ini lagi-lagi gue nikmati bersama teman-teman senasib seperjuangan yang selalu membagi suka dukanya bersama. Rasa kurang pasti terasa dengan tidak adanya keluarga di sisi, tapi paling enggak, hadirnya mereka selalu bisa mengobati kerinduan membuncah yang selalu saja ingin diluapkan saat kembali berkumpul bersama keluarga tercinta.
Idul fitri di sini gak ada yang spesial bagi kami para mahasiswa, semua berjalan terlalu biasa. Malam takbiran, mendengar kumandang takbir yang menggema dari seluruh punjuru kota Tarim, lalu kemudian esok harinya shola tied berjmaah, memakan masakan yang kita masak ramai-ramai, kemudian tidur berjama’ah. Ya, tidur berjama’ah. Entah itu sudah menjadi adat kebiasaan atau apa yang jelas, setelah menunaikan sholat ied suasana kota layaknya kota mati yang tidak berpenghuni. Mungkin karena semalaman semua orang tidak ada yang tidur demi menghidupkan malam takbiran dengan kumandang takbir yang tak henti-henti terdengar.
Setelah hari pertama, hari ke dua setelah lebaran hampir seluruh penduduk kota kembali berpuasa syawwal selama enam hari, lalu baru setelah hari ke delapan kota kembali diramaikan oleh acara ‘uwad (sejenis open house) yang diadakan oleh ulama-ulama pembesar kota Tarim yang sudah menjadi adat turun temurun. Dan acara tersebut dihadiri oleh mayoritas penduduk kota Tarim.
Oya, beberapa hari yang lalu temen gue di twitter Anggia menanyakan tentang kulliner di Negara tempat gue tinggal, Yaman, soalnya dia orangnya foodie banget dan selalu penasaran dengan berbagai macam menu-menu kuliner. Sebelum gue bahas gue mau ngucapin selamat idul fitri dulu ke dia, selamat hari Raya Iedul Fitri 1435 H yaa Anggia, mohon maaf lahir batinnya yaa.. hehe..
Ngomongin masalah kuliner, sebenarnya menu kuliner di sini sagat sederhana gak seperti di Indonesia yang setiap kota punya makanan khas tersendiri. Orang sini terbisasa makan roti di pagi dan malam hari, untuk siang harinya baru mereka menyantap nasi sebagai makanan pokok. Maka tiap kali ngobrol masalah makanan sama orang Yaman, pasti doi heran, ‘apa-apaan makan nasi 3x sehari? Sekali itu cukup’. Dalem hati : ‘laaah, orang indo kalau belum kena nasi yaa belum makan namanya’. Tapi meski begitu, seiring berjalannya waktu lama kelamaan kita bisa menyesuaikan diri dengan pola makan yang ada. 
Banyak yang bertanya, ‘emang kenyang cuma makan roti aja?’ Gue mau ngasih tau kalau roti yang kita makan di sini agak cukup berisi tidak seperti roti tawar yang kita makan di indo dan jenisnya pun beragam. Nah, gue sebutin ni macem-macem rotinya:
1. Heif, heif adalah roti gandum yang bentuknya seperti Frisbee. Roti ini paling cocok banget untuk orang yang porsi makannya agak banyak. Dengan bentuknya yang agak tebal seperti Frisbee ia sangat nyaman di perut, memberikan sensasi kenyang yang tidak terlalu padat. Mau dimakan semua, setengah, atau seperempat, sensasi kenyang yang dirasa tetap standar. Jadi kenyangnya tidak membuat kita jadi mengantuk. Gue biasanya  makan heif seperempatnya aja. Itu aja gue ngerasanya dah cukup banget. Heif biasa disajikan di pagi hari dengan keju atau halawa (sejenis manisan), tapi jika ingin langsung dimakan rasanya juga lumayan enak,
2. Khubz, dia berbentuk bulat juga, tapi tidak setebal heif yang seperti Frisbee, dia lebih tipis dan lebih lembut, tetapi biasa disajikan juga di pagi hari dengan keju, halawa, atau selai.  
3. Single, orang sini biasa menyebutnya seperti itu. Entahlah, mungkin karena dia jomblo abadi sehingga sebutannya single. Single adalah roti dari adonan terigu yang dibentuk lebar seperti pizza lalu dibakar di tunku api. Hasilnya ia akan sedikit garing ketika digigit. Dia tidak dinikmati dengan keju atau halawa, tetapi temannya adalah lauk seperti gilabah dujaj (ayam yang dimasak remuk dengan kuah kari), shakshuka (lebih dikenal dengan telor oreg yang ditambah irisan cabai, bawang merah dan tomat), fasholia (tumisan kacang merah dicampur kuah kaldu), atau bisa lauk kari-karian lainnya.
4. Routho, ia sepert single, terbuat dari adonan terigu, bedanya ia berbetuk segi empat sebesar buku tulis, tipis, lembut dan tidak di bakar ditugku api tetapi diatas penggorengan martabak. Routho sama seperti single, gak dimakan dengan yang manis-manis. Gue biasanya beli roti ini kalau mau bikin sandwich ala gue sendiri…haha… tinggal taro telor dadar di atasnya, irisan ketimun, keju, dan saus sambal, trus gulung deh. Nah, biasanya roti dengan lauk itu menjadi menu makanan di malam hari, meski ada juga yang menjadikannya menu sarapan.
Untuk makan siang yang berupa nasi, di sini sangat tidak lazim jika nasi disajikan hanya berbentuk nasi putih biasa. Orang sini biasa memasaknya dengan lansung dicampur dengan bumbu. Nasi seperti itu sering disebut nasi bukhori atau dikenal dengan nasi arab. Setiap restoran pun punya cara dan bumbu tersendiri dalam memasaknya, sehingga rasa nasi antara satu restoran dengan restoran yang lain tergolong berbeda. Sedangkan untuk lauknya ada ayam bakar, ayam panggang, ikan goreng, daging kambing, atau daging unta yang dimasak sangat empuk. Biasanya sebagai pelengkap disajikan juga kuah kaldu di mangkuk kecil, sahawak (sambal yang terbuat dari tomat, cabai, dan bawang merah yang diblender tanpa dimasak lagi), dan beberapa sayur lalapan.
Selain makanan, berbicara masalah kuliner gak bisa lepas dari aneka minuman. Tetapi sayangnya di sini hampir semua restoran menyajikan menu minuman yang sama dan terbilang hanya itu-itu saja. Gue sampai heran, dari ujung ke ujung restoran yang gue kunjungi minuman yang disajikan semua sama. Dia lagi dia lagi… ini ni tersangkanya:
1. Musyakkal, ini minuman paling favorit. Ia sejenis milkshake mangga. Komposisinya terdiri dari jus mangga instan dicampur dengan susu putih bubuk dan es batu. Lalu kesemuanya diblender. Setelah semuanya bercampur, sebelum dituangkan ke dalam gelas, pinggiran gelas diberi sedikit sirup anggur.
2. Liem. Ini adalah sejenis jus lemon yang lemonnya diblender beserta kulit kulitnya. Setelah larut, untuk penyajiannya lemon itu disaring lalu dituang kedalam gelas. Paling asik minum liem pada siang hari di musim panas. Campuran asam dan manisnya sangat menyegarkan. Lemon yang dipakai bukan lemon kuning yang kulitnya tebal, tapi lemon hijau yang bentuknya seperti jeruk nipis.
3. Tuths, adalah minuman anggur yang sangat kental, berwarna ungu pekat. Awalnya gue kurang suka dengan warnanya. Tapi setelah mencicipi rasanya, ternyata rasa manisnya yang pas cukup memanjakan lidah dan tenggorokan.
4. Reip, minuman ini yang paling gue suka. Selain bagus untuk pencernaan rasa asamnya cukup menyegarkan. Reip adalah susu fermentasi yang biasa kita kenal dengan sebutan yougurt. Hanya bedanya dia agak sedikit lebih cair.
Empat jenis minuman inilah yang menjadi khas di Negara Yaman. Mau penjuru mana yang dikunjungi, hanya empat jenis minuman ini yang ada. Kalaupun ada jenis lain, itu hanya sebatas aneka jus yang biasa kita temui di Indonesia.
Adapun jajan-jajanan, di sini ada jajanan yang hanya bisa ditemui di waktu tertentu. Harisah misalnya, ia hanya bisa kita jumpai di musim dingin. Harisah adalah olahan daging kambing dan gandum yang dimasak sampai halus, kalau sudah jadi bentuknya akan seperti adonan. Untuk memakannya biasa diberi campuran madu atau gula. Harisah sangat cocok dimakan di musim dingin, karena efek daging kambingnya bisa meningkatkan kehangatan tubuh, apalagi jika dicampur dengan madu. Katanya sih, harisah sangat bagus dimakan oleh pasangan suami istri. Haha… yaa, lihat aja komposisinya: kambing, gandum, madu… wuiih… Makanya harisah tidak di jual di musim panas.
Gue pertama kali makan harisah jujur kurang suka. Dengan bentuk seperti adonan dan rasa kambing yang amis lalu ditambah campuran madu, itu gak pas banget di lidah. Tapi belum lama ini gue nemu harisah yang gak amis, dan sejak waktu itu gue jatuh hari sama makanan tersebut. Pengennya sih dinikahin, tapi kayaknya lebih enak dimakan.
Jajanan yang lain adalah phatta mauz. Phatta mauz adalah makanan seperti bubur yang terbuat dari pisang dan routha (roti segi empat yang gue sebut di atas) yang digiling halus lalu dicampur dengan susu murni. Kalau menurut gue, phatta mauz lebih enak dimakan sedikit, karena kalau kebanyakan campuran pisang dan susunya agak kurang bersahabat diperut.
Itu dulu deh yang bisa gue ceritain tentang kuliner di sini. Kapan-kapan kalau gue nemu makanan aneh lagi bakal gue tulis. Tapi tetap aja, menurut gue Indonesia masih nomer satu untuk urusan kuliner. Apa aja bisa jadi makanan enak di Indo. Gue kangen makan nasi jamblang khas kampung bokap, Cirebon. Yang paling dikejar kalau pulkam itu sarapan nasi jamblang, sama sambel goreng ati, cumi item, tahu bacem, aaaaaah… gila deh. Abis itu minumnya teh manis anget… wuiih segernya… haha..
Oke sip, terakhir gue mau ngucapin selamat hari Raya Iedul Fitri 1435 H untuk semua, mohon maaf lahir dan batinnya.



No comments:

Post a Comment