Homesick….homesick….homsick….
haaaaah… lagi-lagi moment idul fitri selalu bikin gue kangen sama suasana
kampung halaman. Ketupat, sayur nangka, taucho medan, ayam kecap, gulai ayam,
udang balado, jengkol goreng… haaaaah, gue kangen. Long distance relationship
emang paling joss membuat kita lebih sayang dan menghayati lagi arti pentingnya
orang-orang di sekeliling kita yang selalu menantikan kehadiran kita, dan kita
selalu memimpikan bisa kembali lagi berkumpul bersama mereka. Kita gak akan tau
betapa berharganya arti sebuah kebersamaan dengan orang-orang yang kita sayangi
sebelum kita merasakan yang namanya perpisahan. Makanya gue pernah denger
ungkapan dalam syair bahasa arab yang bilang, ‘aku pergi jauh untuk bisa lebih
dekat kepadamu’. Yaa, pergi untuk lebih dekat lagi dalam media hati yang lebih
intim.
Semoga
aja ini lebaran terakhir gue jauh dari keluarga dan orang-orang yang gue
sayangi di Indonesia, dan tahun depan gue bisa kembali lagi berkumpul bersama
mereka.
Gue
kangen melihat muka nyokap yang selalu saja meneduhkan terik panasnya
kehidupan. Gue kangen melihat muka bokap yang selalu meyakinkan gue bahwa
cobaan hidup itu adalah bumbu yang membuat kehidupan semakin berwarna dan
berkesan. Gue kangen melihat wajah ponakan-ponakan gue yang waktu gue tinggal
dulu masih pada imut-imut lucu dan sekarang sudah mulai beranjak dewasa, dan
tiap kali gue menelpon mereka selalu bertanya, ‘om fiki kapan pulang? Lama amat
belajarnya’. Gue juga kangen sama sepupu-sepupu gue yang selalu berbagi cerita,
menebar tawa dalam keluarga besar yang gue sayangi. Gue kangen sama temen-temen
gue yang entah sekarang sudah sibuk dengan pekerjaan atau repot dengan urusan
keluarganya masing-masing. Aaahhh… gue kangen semuanya, dan gak bisa
dipungkiri, sejauh apapun dan selama apapun kita merantau, orang-orang
tersayang selalu dekat di hati.
Seperti
idul fitri-idul fitri sebelumnya, idul fitri kali ini lagi-lagi gue nikmati
bersama teman-teman senasib seperjuangan yang selalu membagi suka dukanya
bersama. Rasa kurang pasti terasa dengan tidak adanya keluarga di sisi, tapi
paling enggak, hadirnya mereka selalu bisa mengobati kerinduan membuncah yang
selalu saja ingin diluapkan saat kembali berkumpul bersama keluarga tercinta.
Idul
fitri di sini gak ada yang spesial bagi kami para mahasiswa, semua berjalan
terlalu biasa. Malam takbiran, mendengar kumandang takbir yang menggema dari
seluruh punjuru kota Tarim, lalu kemudian esok harinya shola tied berjmaah,
memakan masakan yang kita masak ramai-ramai, kemudian tidur berjama’ah. Ya,
tidur berjama’ah. Entah itu sudah menjadi adat kebiasaan atau apa yang jelas,
setelah menunaikan sholat ied suasana kota layaknya kota mati yang tidak
berpenghuni. Mungkin karena semalaman semua orang tidak ada yang tidur demi
menghidupkan malam takbiran dengan kumandang takbir yang tak henti-henti
terdengar.
Setelah
hari pertama, hari ke dua setelah lebaran hampir seluruh penduduk kota kembali
berpuasa syawwal selama enam hari, lalu baru setelah hari ke delapan kota kembali
diramaikan oleh acara ‘uwad (sejenis open house) yang diadakan oleh
ulama-ulama pembesar kota Tarim yang sudah menjadi adat turun temurun. Dan acara
tersebut dihadiri oleh mayoritas penduduk kota Tarim.
Oya,
beberapa hari yang lalu temen gue di twitter Anggia menanyakan tentang kulliner
di Negara tempat gue tinggal, Yaman, soalnya dia orangnya foodie banget dan
selalu penasaran dengan berbagai macam menu-menu kuliner. Sebelum gue bahas gue
mau ngucapin selamat idul fitri dulu ke dia, selamat hari Raya Iedul Fitri 1435
H yaa Anggia, mohon maaf lahir batinnya yaa.. hehe..
Ngomongin
masalah kuliner, sebenarnya menu kuliner di sini sagat sederhana gak seperti di
Indonesia yang setiap kota punya makanan khas tersendiri. Orang sini terbisasa
makan roti di pagi dan malam hari, untuk siang harinya baru mereka menyantap
nasi sebagai makanan pokok. Maka tiap kali ngobrol masalah makanan sama orang
Yaman, pasti doi heran, ‘apa-apaan makan nasi 3x sehari? Sekali itu cukup’.
Dalem hati : ‘laaah, orang indo kalau belum kena nasi yaa belum makan namanya’.
Tapi meski begitu, seiring berjalannya waktu lama kelamaan kita bisa
menyesuaikan diri dengan pola makan yang ada.
Banyak
yang bertanya, ‘emang kenyang cuma makan roti aja?’ Gue mau ngasih tau kalau
roti yang kita makan di sini agak cukup berisi tidak seperti roti tawar yang
kita makan di indo dan jenisnya pun beragam. Nah, gue sebutin ni macem-macem
rotinya:
1.
Heif, heif adalah roti gandum yang bentuknya seperti Frisbee. Roti ini
paling cocok banget untuk orang yang porsi makannya agak banyak. Dengan
bentuknya yang agak tebal seperti Frisbee ia sangat nyaman di perut, memberikan
sensasi kenyang yang tidak terlalu padat. Mau dimakan semua, setengah, atau
seperempat, sensasi kenyang yang dirasa tetap standar. Jadi kenyangnya tidak
membuat kita jadi mengantuk. Gue biasanya makan heif seperempatnya aja. Itu aja
gue ngerasanya dah cukup banget. Heif biasa disajikan di pagi hari
dengan keju atau halawa (sejenis manisan), tapi jika ingin langsung
dimakan rasanya juga lumayan enak,
2.
Khubz, dia berbentuk bulat juga, tapi tidak setebal heif
yang seperti Frisbee, dia lebih tipis dan lebih lembut, tetapi biasa disajikan
juga di pagi hari dengan keju, halawa, atau selai.
3.
Single, orang sini biasa menyebutnya seperti itu. Entahlah, mungkin karena dia
jomblo abadi sehingga sebutannya single. Single adalah roti dari adonan terigu
yang dibentuk lebar seperti pizza lalu dibakar di tunku api. Hasilnya ia akan
sedikit garing ketika digigit. Dia tidak dinikmati dengan keju atau halawa,
tetapi temannya adalah lauk seperti gilabah dujaj (ayam yang dimasak
remuk dengan kuah kari), shakshuka (lebih dikenal dengan telor oreg yang
ditambah irisan cabai, bawang merah dan tomat), fasholia (tumisan kacang
merah dicampur kuah kaldu), atau bisa lauk kari-karian lainnya.
4.
Routho, ia sepert single, terbuat dari adonan terigu, bedanya ia
berbetuk segi empat sebesar buku tulis, tipis, lembut dan tidak di bakar
ditugku api tetapi diatas penggorengan martabak. Routho sama seperti single,
gak dimakan dengan yang manis-manis. Gue biasanya beli roti ini kalau mau bikin
sandwich ala gue sendiri…haha… tinggal taro telor dadar di atasnya, irisan
ketimun, keju, dan saus sambal, trus gulung deh. Nah, biasanya roti dengan lauk
itu menjadi menu makanan di malam hari, meski ada juga yang menjadikannya menu
sarapan.
Untuk
makan siang yang berupa nasi, di sini sangat tidak lazim jika nasi disajikan
hanya berbentuk nasi putih biasa. Orang sini biasa memasaknya dengan lansung
dicampur dengan bumbu. Nasi seperti itu sering disebut nasi bukhori atau
dikenal dengan nasi arab. Setiap restoran pun punya cara dan bumbu tersendiri
dalam memasaknya, sehingga rasa nasi antara satu restoran dengan restoran yang
lain tergolong berbeda. Sedangkan untuk lauknya ada ayam bakar, ayam panggang,
ikan goreng, daging kambing, atau daging unta yang dimasak sangat empuk.
Biasanya sebagai pelengkap disajikan juga kuah kaldu di mangkuk kecil, sahawak
(sambal yang terbuat dari tomat, cabai, dan bawang merah yang diblender tanpa
dimasak lagi), dan beberapa sayur lalapan.
Selain
makanan, berbicara masalah kuliner gak bisa lepas dari aneka minuman. Tetapi sayangnya
di sini hampir semua restoran menyajikan menu minuman yang sama dan terbilang
hanya itu-itu saja. Gue sampai heran, dari ujung ke ujung restoran yang gue
kunjungi minuman yang disajikan semua sama. Dia lagi dia lagi… ini ni
tersangkanya:
1.
Musyakkal, ini minuman paling favorit. Ia sejenis milkshake mangga.
Komposisinya terdiri dari jus mangga instan dicampur dengan susu putih bubuk
dan es batu. Lalu kesemuanya diblender. Setelah semuanya bercampur, sebelum
dituangkan ke dalam gelas, pinggiran gelas diberi sedikit sirup anggur.
2.
Liem. Ini adalah sejenis jus lemon yang lemonnya diblender beserta kulit
kulitnya. Setelah larut, untuk penyajiannya lemon itu disaring lalu dituang
kedalam gelas. Paling asik minum liem pada siang hari di musim panas. Campuran
asam dan manisnya sangat menyegarkan. Lemon yang dipakai bukan lemon kuning
yang kulitnya tebal, tapi lemon hijau yang bentuknya seperti jeruk nipis.
3.
Tuths, adalah minuman anggur yang sangat kental, berwarna ungu pekat. Awalnya
gue kurang suka dengan warnanya. Tapi setelah mencicipi rasanya, ternyata rasa
manisnya yang pas cukup memanjakan lidah dan tenggorokan.
4.
Reip, minuman ini yang paling gue suka. Selain bagus untuk pencernaan rasa
asamnya cukup menyegarkan. Reip adalah susu fermentasi yang biasa kita kenal
dengan sebutan yougurt. Hanya bedanya dia agak sedikit lebih cair.
Empat
jenis minuman inilah yang menjadi khas di Negara Yaman. Mau penjuru mana yang
dikunjungi, hanya empat jenis minuman ini yang ada. Kalaupun ada jenis lain,
itu hanya sebatas aneka jus yang biasa kita temui di Indonesia.
Adapun
jajan-jajanan, di sini ada jajanan yang hanya bisa ditemui di waktu tertentu.
Harisah misalnya, ia hanya bisa kita jumpai di musim dingin. Harisah adalah
olahan daging kambing dan gandum yang dimasak sampai halus, kalau sudah jadi
bentuknya akan seperti adonan. Untuk memakannya biasa diberi campuran madu atau
gula. Harisah sangat cocok dimakan di musim dingin, karena efek daging
kambingnya bisa meningkatkan kehangatan tubuh, apalagi jika dicampur dengan
madu. Katanya sih, harisah sangat bagus dimakan oleh pasangan suami istri.
Haha… yaa, lihat aja komposisinya: kambing, gandum, madu… wuiih… Makanya
harisah tidak di jual di musim panas.
Gue
pertama kali makan harisah jujur kurang suka. Dengan bentuk seperti adonan dan
rasa kambing yang amis lalu ditambah campuran madu, itu gak pas banget di
lidah. Tapi belum lama ini gue nemu harisah yang gak amis, dan sejak waktu itu
gue jatuh hari sama makanan tersebut. Pengennya sih dinikahin, tapi kayaknya lebih
enak dimakan.
Jajanan
yang lain adalah phatta mauz. Phatta mauz adalah makanan seperti
bubur yang terbuat dari pisang dan routha (roti segi empat yang gue sebut di
atas) yang digiling halus lalu dicampur dengan susu murni. Kalau menurut gue, phatta
mauz lebih enak dimakan sedikit, karena kalau kebanyakan campuran pisang
dan susunya agak kurang bersahabat diperut.
Itu
dulu deh yang bisa gue ceritain tentang kuliner di sini. Kapan-kapan kalau gue
nemu makanan aneh lagi bakal gue tulis. Tapi tetap aja, menurut gue Indonesia
masih nomer satu untuk urusan kuliner. Apa aja bisa jadi makanan enak di Indo.
Gue kangen makan nasi jamblang khas kampung bokap, Cirebon. Yang paling dikejar
kalau pulkam itu sarapan nasi jamblang, sama sambel goreng ati, cumi item, tahu
bacem, aaaaaah… gila deh. Abis itu minumnya teh manis anget… wuiih segernya…
haha..
Oke
sip, terakhir gue mau ngucapin selamat hari Raya Iedul Fitri 1435 H untuk semua,
mohon maaf lahir dan batinnya.





No comments:
Post a Comment