Ga terasa udh ketemu jum'at lagi. Telalu
cepat rasanya hari untuk dilalui begitu saja. Bebicara hari jum'at jadi
teringat kejadian beberapa minggu lalu yg belum sempat ku abadikan...
Waktu itu seperti biasa, sebagai seorang
muslim laki-laki aku menjalankan kewajibanku yaitu menunaikan ibadah sholat
jum'at. Karena waktu itu aku masih harus mengikuti ujian susulan di hari
selasanya maka aku datang ke masjid agak sedikit lebih pagi dari biasanya,
maksud hati sembari ingin mengulang pelajaran sebelum khotib naik ke mimbar.
Setelah menunaikan sholat tahiyatul
masjid aku langsung duduk dan membuka buku. Tapi memang dasar setan terlalu bnyak akalnya untuk membuat
manusia lalai. Maka seketika aku sudah menyetel posisi duduk menjadi default
mode secara otomatis mataku langsung mengantuk tanpa bisa diajak kompromi dan
tidak lama kemudian......Zzz.....Zzzz...ZzZz!!
Allahu Akbar2x suara adzan berkumandang dan
seketika itu juga aku terjaga. Kulihat di sekelilingku sudah bnyak orang yg
memenuhi shaf shaf kosong di masjid Jami' Tareem. Sambil masih setengah sadar
aku melihat ke samping kanan dan kiriku. Betapa kagetnya aku ketika tahu bahwa
disamping kiriku ada seorang anak balita kulit hitam tersenyum kepadaku ketika
aku menatapnya. Mungkin akan terlihat lebih menggemaskan jika kulitnya sedikit
lebih terang.
Sejenak kuperhatikan anak itu, ternyata
lucu juga. Di samping kiri balita tersebut ada anak laki2 juga, kira-kira 3 th
lebih tua dari balita tersebut. Bisa aku asumsikan bahwa dia adalah kakaknya,
karena setelah kulihat bentuk dan warnanya tidak jauh berbeda.
Mereka terlihat akrab, sama-sama memakai
gamis warna putih, peci putih, dan sama-sama makan jagung. Yang membuat aku
merasa kasihan ternyata jagung yang mereka makan itu mentah. Aku menjadi tidak
habis fikir. Apa mungkin karena di sini tidak ada bioskop makanya mereka
memanfaatkan momen jumatan buat makan jagung, tapi kan ga jagung mentah juga.
Ah sudahlah... Selagi mereka nyaman dengan keanehan tersebut, aku hanya bisa
menonton, tidak lebih.
Ada yang lucu dari pemandangan tersebut.
Karena keadaan dalam masjid menuntut untuk tenang ketika khotib sedang
berbicara, cara mereka menikmati jagung mentah pun harus disesuaikan. Perlahan
sang adik mengambil jagung, lalu memotek bijinya satu, dua, tiga biji lalu
memakanya diam-diam. Berbeda dengan adiknya, sang kakak yang aku rasa lebih
berpengalaman dalam trik makan jagung ketika jumatan, memasang mimik marah
menatap adiknya, serta mengisyaratkan jari telunjuk kanan ke bibirnya seakan
menyruh adiknya untuk diam, tapi tangan kirinya merogoh plastik hitam berisi
jagung. Lalu setelah memastikan beberapa biji jagung terpotek dengan sigap ia
memindahkanya ke tangan kanan yg sebelumnya masih di bibir, lalu memakanya.
Sungguh licik.
Melihat kejadian itu aku hanya bisa tertawa
geli dalam hati. Tidak dimana-mana kakak selalu memanfaatkan adiknya, dan
bodohnya tidak dimana-mana namanya adik selalu mudah tertipu. Jadi bagi yang
terlahir sebgai adik. Berhati-hatilah dengan kakak-kakak kalian. Ups...tapi tidak
denganku, karena aku selalu sayang kepada adikku. Hehe.
Tak lama kemudian, iqomahpun
dikumandangkan. Sang adik sholat di samping kiriku sedangkan sang kakak maju
kedepan mengisi shaf yang kosong.
Seusai sholat kutatap balita hitam
disamping kiriku karena itu bersamaan dengan ucapan salamku, dan ternyata untuk
kesekian ia tersenyum kepadaku. Sungguh murah senyum. Tapi sayang senyumnya
tidak murni gerakan bibir tapi disertai jari telunjuk kanan terhisap di dalam
mulut dan air liur bercucuran ke sekitar telapak tangan.
Lalu dengan wajah polos ia melepaskan
jarinya dari dalam mulut dan seketika itu juga otakku meraba apa yang akan
dilakukanya. Aku mencoba menyeleksi ribuan prediksi yg ada di kepalaku, tapi
hanya satu yang paling kuat, yaitu si balita akan menjulurkan tanganya yg
belumuran air liur lalu mengajakku salaman. Dan ternyata. Oh Tuhan. Prediksi ku
tepat. Tapi mengapa untuk hal yg menurutku merugikan.
Maka dalam sekejap, bayanganku akan
balita itupun berubah. Wajah hitam nan polos seketika berubah mimik seakan
mengejek, sambil alis mata dimainkan, bibir bawah dicibir-cibirkan, dan tangan
kanan terjulur kepadaku seakan berkata "calaman yuk kakak,
wuhaha..ha..ha..ha..!!!"
Akhirnya dengan terpaksa, karena tidak
enak menolak juluran tangan yang memberi salam disamping kurasa banyak mata yang
memperhatikanku dari belakang, yang aku rasa dalam hati mereka juga ingin
melepaskan tawa ketika aku bersalaman, maka dengan pasrah ku julurkan juga
tangan ku menyambut tangannya. Plek! Tangan mungil yg basah itu pun akhirnya
menempel dengan tanganku. Dan balita itu tersenyum manis. Tapi semanis apapun
senyumnya yg ada di bayanganku ketika itu ia sedang tertawa menang seraya
berkata, "wuha..ha..ha..ha... Lasain lo.....emang enak dikeljain anak
kecil!"
Jadi pesan moral yang bisa diambil yaitu,
ketika sholat jumat dan di samping kamu ada anak kecil, pindah tempatlah...!
Karena hanya tampilanya saja yang lucu tapi sebenarnya ia ingin mengerjai
kamu....





No comments:
Post a Comment