Sejak perkenalanku dengan Sagitarius pujaan hatiku
semakin intim, walaupun laut memisahkan kami ribuan kilometer, aku mencoba
mengutarakan keseriusanku kepada orang tuaku, dalam hal ini hanya tinggal Ibuku
seorang. Karena ayahku sudah tiada.
Kutunjukkan fotonya kepada Ibuku, Ibuku tersenyum. Lalu
bertanya, “orang mana?”
“orang Sukabumi, Ma, tapi tinggalnya di Brunei.”
“orang Sukabumi, Ma, tapi tinggalnya di Brunei.”
“Yaa… klo bisa sih, Ki, cari calon pendamping yang
deket-deket aja, yang bisa keliatan mata”
“Kalau jodohnya emang jauh di sana gimana, Ma?”
“Yaudah, gak usah buru-buru banget, pelan-pelan aja.”
Pengenalan pertama Sagitarius ke Ibuku hanya mendapat
tanggapan dingin, layaknya orang tua yang berfikiran anaknya hanya cinta monyet
sesaat. Tertarik para paras sekejap, lalu hilang ingatan saat manghrib tiba.
Tapi mungkin Ibuku saat itu sedang banyak fikiran,
sehingga lupa jika anaknya sudah bukan anak SD yang sedang jatuh cinta. Tapi
anak berumur yang sedang merajut asa membina keluarga. Dengan idealisme di
dalam dada, mencoba mewujudkan semua mimpi menjadi nyata, walaupun pada
kenyatannya sering pula jatuh terluka.
Selang percakapan saat itu, aku coba untuk tidak membahas
hal tersebut kepada Ibu, aku mencoba menata waktu yang lebih baik sembari
aktifitas lain juga berjalan dengan apik. Hingga pada kesempatan kedua, aku
kembali mengajukan proposal yang sama kepada Ibuku. Namun jawaban yang kudapat,
juga tetap sama seperti jawaban awal. “Nyari calon pendamping harus yang jelas,
tau orangnya dimana, mana keluarganya, bukan lewat facebook gitu!”
Mendengar jawaban ke 2 dari Ibuku yang lebih keras,
aku merasa tertantang untuk membuktikan apa yang menjadi pilihanku itu tidak
salah, aku juga ingin membuktikan, facbook atau social media lainnya hanyalah
perantara, hakikatnya tetap Allah lah yang mepertemukan.
Saat itu bulan September 2015, aku bertekad. Apapun caranya,
aku harus sampai ke Brunei.
Perlahan, aku mencoba mencari cara, dimulai dari
menanyakan harga tiket ke Brunei ke beberapa rekanku yang memiliki agen biro
perjalanan. Namun ternyata harga tiket yang ada tidak ada yang sesuai dengan
budget yang aku miliki. Melihat perbandingan yang sangat jauh antara harga
tiket dengan uang yang aku punya rasanya seperti mustahil aku akan sampai
menemui Sagitariusku di Brunei. Rasanya seperti akan mengalah dengan kata-kata
Ibuku, “nyari calon pendamping yang dekat-dekat saja, yang kelihatan mata!”
Namun setiap kali ada kata-kata itu berkelebat dalam
pikiranku, jiwa idealisku semakin bangkit dan berusaha mencari cara agar aku
dapat sampai ke Brunei. Paling tidak, tiket sudah di tangan, urusan disana
bagaimana itu belakangan.
Akhirnya setelah lama memutar otak, browsing sana-sini
belum terlihat titik terang, aku putuskan untuk shalat 2 rokaat, memohon
petunjuk serta rahmat-Nya, atas semua hajat. Dalam hatiku berucap, “Yaa Rabb, jika
memang ia jodohku, pastilah akan Engkau tunjukkan jalanku menemuinya di sana.
Jika bukan Yaa Rabb, jadikanlah ia jodohku apapun caranya sesuai denga Ridho-Mu
Yaa Rabb.”
Tak lama setelah salam ku ucap, tanda sholat usai
kudirikan, aku teringat, bahwa aku punya teman di Maskapai Air Asia.
Tanpa menunggu lama, saat itu arlojiku menunjukkan
waktu pukul 22.15, aku masih ingat sekali. Segera kukirimkan pesan whatsapp
kepadanya:
“Allo bro, lama gak berkabar ni. Apa kabarnya. Sorry
bro ganggu. Mau nanya ni. Air asia ada tiket murah gak ke Brunei untuk akhir
November 2015. Gue tanya temen kita yang di travel katanya di jaringan dia gak
ada”
Pesanku belum dibaca olehnya malam itu. Mungkin ia
tertidur atau sedang dinas, kebetulan kawanku seorang pramugara di Maskapai
tersebut.
Keesokan harinya setelah sholat subuh, kubuka layat
smartphoneku, kulihat ada balasan dari kawanku:
“Oii… Fik, sehat2 gue. Sorry baru bales. Masa sih, Fik
gak kebaca schedulnya? Masih banyak kursi kosong ko. Coba lo download airasia
mobile deh, lo bisa cari tiket promo di sana juga bisa nentuin sendiri harga
tiketnya sesuai budget yang lo punya.”
“Gitu yaa…”
“Iyaa coba aja… lo bisa kurangin bbrp item yang gak lo
perluin kayak bagasi misalnya buat ngurangin ratenya.”
“Oke sip… gue coba”
Tanpa pikir panjang, langsung aku download aplikasi
tersebut, lalu aku operasikan sesuai petunjuk kawanku sebelumnya. Dan benar
saja, aku bisa mendapatkan harga sesuai dengan apa yang aku punya saat itu.
Baru kali itu rasanya aku sujud berdoa yang jawaban
doanya langsung didengar. Semakin terbuka jalan, semakin kuat lagi keyakinanku
akan dia jodohku.