Mata hari pagi ini begitu
hangat kurasakan. Sinarnya yang berpendar perlahan menyentuh lembut permukaan
kulit wajahku yang sedari tadi menatap langit sambil berbaring di atas sepeda
motor menunggu antrian pom bensin. Udara segar yang berhembus menambah rasa
pagi ini semakin lengkap untuk diriku berkelana mereka ulang setiap kisah yang
pernah telewati. Indah dan perihnya semua bercampur aduk dalam kombinasi
abstrak corak lukisan masa lalu.
Aku sadar, akhir-akhir ini
Aku sering benci kepada diriku sendiri, Aku benci kepada diriku yang telah
terjerumus kedalam rasa yang entah Aku sendiri tidak mengerti itu apa. Aku benci
untuk mengingatnya, Aku benci mengenang manisnya, dan Aku benci untuk terus
menerus terikat dalam keadaan yang tidak seharusnya.
Aku selalu terus melawan
rasa itu, menafsirkannya sebagai bisikian setan atau ilusi sekilias yang
seiring waktu akan hilang. Tetapi semua tidak ada hasilnya. Aku seakan dibodohi
oleh keadaan yang berbicara tentang kenyataan hidup yang berbanding terbalik
dengan mimpiku akan dunia khayangan.
Setiap orang berhak
memiliki rasa, tapi tidak semua orang bisa mencurahkan dan membiarkannya
bersemi di tempat yang ia inginkan. Batasan dan realita telah menentukan kemana
rasa itu akan menghilang, terpendam di telan waktu, atau pergi bersama masa
lalu dan berakhir hambar tanpa sisa.
Saat ini yang aku
harapkan, aku bisa kembali stabil dan bangkit dari tipuan silam. Aku inngin
mengakhiri semuanya, menyudahi kisahnya, dan berhenti menjadi lilin yang
bercahaya untuk yang lain tapi diri sendri habis terbakar.