Kebanyakan orang Indonesia banyak yang
berpikiran bahwa tinggal di luar negri itu enak, bisa jalan-jalan, nikmati
suasana baru, punya pengalaman baru, kenalan baru, gebetan baru de el el daaah
pokoknya. Ya itu kalau mikirin enaknya aja, padahal sebenarnya gak selalu enak,
suka dukannya tinggal di luar negri juga banyak. Kayak gue contohnya tinggal di
Yaman, tipikal kota yang bisa dibilang potret Indonesia th 70-an menuntut gue
untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat dengan segala enak dan
gak enaknya.
Terus terang tinggal di Negara yang
satu ini butuh kesabaran extra, selain cuaca yang cukup extrim, dengan potret
kota yang gue sebutin tadi, segala apa yang gak pernah-pernahnya terlintas di
otak bisa terjadi di sini. Dan ketika sesuatu hal diluar kebiasaan terjadi,
lalu kita protes terhadap keadaan tersebut, hanya satu kalimat yang akan mejadi
jawaban atas protes kita, ‘hei Bung, Anda di Yaman!’.
Contoh kecil yang menurut gue diluar
kebiasaan, posisi bonceng motor misalnya. Di Indonesia, biasanya kita sering
melihat pasangan suami istri yang sudah punya anak satu atau dua kalau
boncengan naik motor suaminya di depan bawa motor, anak di taruh di sebelah
tengah, lalu istri di belakang. Dengan posisi ini keadaan si anak terjamin aman
meski dia tertidur di motor. Ada juga posisi lain, yaitu istri di depan bawa
motor, suaminya di belakang dan anak tetap diapit bonyoknya, tapi menurut gue
hal itu bisa terjadi cuma kalau istrinya lebih perkasa dari suaminya.
Di Yaman, semua berbalik. Posisi boncengan
di sini yaitu, suami di depan bawa motor, istri tepat dibelakang suaminya, dan
anaknya di taruh di belakang, jadi istri yang diapit suami dan anaknya. Kalau anaknya
dua, sedangkan salah satu dari mereka ada yang lebih besar, maka yang lebih
bersar tepat dibelakang ibunya dan yang paling kecil duduk paling belakang. Entah
pola pikir dari mana yang membuat mereka berbuat seperti itu. Tapi menurut asumsi
gue, berbhubung nikah di sini lumayan susah karena biaya mahar yang selangit,
makanya sang istri ditaruh tepat dibelakang suami, dan anak-anak biar ditaruh
dibelakang. Maklum ibunya mahal, kalau anak bisa bikin lagi, hehe… Mungkin
seperti itu, tapi itu cuma asumsi gue aja yang sampai sekarang masih tanda
tanya, dan paling-paling kalau gue tanya jawabannya sama, ‘hei, Anda di Yaman!’
Nah belum lama ini gue baru aja
mengalami kejadian yang paling sering terjadi di kalangan mahasiswa Indonesia yang
belajar di sini yaitu ATM error alias ngadat gak mau muntahin duit yang udah
gue pencet-pencet transaksinya.
Gak bisa dipungkiri, tinggal di luar
negeri kita memang butuh banget dengan yang namanya ATM, karena biaya
pengiriman uang lewat jasa pengiriman seperti Western Union tergolong cukup
mahal, yaitu 10% dari uang yang dikirim. Jadi kalau dari Indonesia mau mengirim
uang sebesar 1jt rupiah, biaya pengirimannya sebesar 100 ribu rupiah. Dan anehnya
biaya pengiriman yang cukup fantastis itu hanya terjadi di Western Union di
Indonesia, soalnya gue pernah mengirim uang dari Western Union di sini (Yaman)
ke Indonesia, biayanya hanya 10$ USD berapapun jumlah uang yang dikirim. Dan itu
berlaku ke semua Negara. Mau mengirim wesel 1000$ USD, biaya pengirimannya tetap
10$ USD. Teman gue juga pernah mengirim uang dari Malaysia lewat Western Union
dan biayanya sama 10$ USD berapapun jumlah yang dikirim. Ya maklumlah Negara kita
banyak kantong yang harus di isi, hehe…
Balik lagi ke ATM, jadi ceritanya, gue
waktu itu pergi ke ATM untuk mengambil uang. Di sini kebetulan gue pake ATM Mandiri.
Seperti biasa, sampe mesin ATM gue masukin kartu lalu gue pencet-pencet di mesin
ATM sesuai dengan langkah-langkanya. Pas sudah selesai, kartu juga udah gue
ambil, uang yang gue tunggu keluar gak keluar keluar. Tapi tulisan di layar
mesin ATM memberi tahu bahwa transaksi telah berhasil. Otomatis panik dong gue,
transaksinya berhasi tapi uang gak keluar.
Akhinya gue langsung sms nyokap minta
tolong ngecek saldo rekening gue berkurang atau enggak. Berhubung waktu itu hari
minggu, maka baru keesokan harinya nyokap gue bisa ngecek langsung ke bank.
Setelah dicek, dan hasil rekap
dikeluarkan oleh pihak bank, ternyata waktu mesin ATM gagal muntahin uang gue
saldo dalam rekening tetap berkurang. Haaaah….lumayan lemes gue waktu itu. Tapi
kata nyokap gue yang laporan ke bank, in syaa Allah semua bisa diatasi dan uang
masih bisa kembali. Oleh pihak bank nyokap disuruh membuat laporan tertulis
untuk masalah ini, kebetulan waktu itu nyokap laporannya di bank Mandiri Cab.
Cibubur. Laporan yang sudah dibuat di bank cabang akan diteruskan ke Bank
Mandiri pusat, setelah dari pusat baru laporan akan diteruskan lagi ke bank
luar negri. Dan semua itu memakan waktu kurang lebih 75 hari.
Menurut pihak bank, hal yang gue alami
ini terjadi kemungkinan karena jaringan internet yang kurang lancar atau sedang
tidak ada persediaan dollar di dalam mesin ATM.
Mungkin itu dulu yang bisa gue share di
sini, semoga ada pelajaran yang bisa diambil, khususnya yang bagi yang berada di luar negri, atau yang sedang
bersiap-siap untuk tinggal di luar negri. Hehe..
Hey, sedang studi di Yaman ya.
ReplyDeleteWah, menarik nih.
:D
yup... hehe... makasi dah mampir...
ReplyDelete