Thursday, June 16, 2011

Hey, wake up boy..............!!!!

Bangun............!!! Bangun..............!!!

Untuk semua teman-teman sebaya, seangkatan, dan sezaman, baik sedikit lebih muda, atau pun sedikit lebih tua.

Bumi yang kita pijak sekarang sudah semakin tua. Lempengan-lempengan bumi, gunung-gunung, karang-karang di dasar laut, sudah tidak sekokoh zaman dahulu, jauh berabad sebelum nenek moyang kita lahir.

Sekilas, perubahan zaman, kemajuan teknologi, peningkatan pola pikir menyilaukan kita, seakan zaman akan berkembang pesat dan maju. Manusia di berbagai belahan dunia sibuk membuat mesin-mesin canggih, alat-alat baru, fitur-fitur cerdas yang menunjang kehidupan dan masih banyak hal lagi. Belum lagi jika kita berkunjung ke sebuah kompleks perumahan elite, kita akan menemui macam lain lagi dari sekian jenis manusia. Mereka sibuk, memperbesar dan memperindah rumah tinggal, bahkan ada yang berlomba-lomba membuat istana. Dan jika kita ingin melihat ki sisi jalan tol, tidak sedikit kita temukan mobil mewah yang harganya selangit melenggang kangkung dengan gagahnya.

Yaah.....!!! inilah potret kehidupan manusia akhir zaman, yang mana saya, Anda dan juga mereka adalah termasuk di dalamnya.

Saat ini kita terlalu sibuk mengurus urusan dunia, bekerja untuk dunia, dan berbuat untuk dunia. Padahal kalau kita mau sedikit merenung, bukan untuk itu kita tercipta.

Coba kita ambil potret orang yang sedang berlomba membangun istana. Akankah kuburan mereka sebesar istana yang mereka bangun. Akankah kuburan mereka seindah istana yang mereka hias. Dan akankah kuburan merka semegah istana yang mereka banggakan. Jawabanya, semua tergantung amalan mereka di dunia, yang jelas sebagai manusia hidup yang kita saksikan hanyalah lubang yang besarnya tidak lebih dari 2x1 meter persegi. Mereka pergi meninggalkan semua kemegahan dan tinggal di dalam sebuah lubang yang sangat sempit.

Jika kita ambil potret lain. Seorang yang sibuk mempercantik, dan merawat tubuhnya. Lalu dia pertontonkan ke halayak umum demi mendapat sanjungan dan pujian. Bukankah tubuh itu nantinya akan di gerogoti cacing tanah, dan habis tanpa sisa. Lalu apa yang di dapat kalau semua berakhir sama.

Kalau perumpamaan itu masih kurang, bolehlah kita ambil satu potret lagi. Seorang pengusaha yang mempunyai harta melimpah. Yang mana kekayaanya tersebar di seluruh penjuru dunia. Dan segala keinginanya terpenuhi. Apakah perutnya bisa di isi lebih dari sepiring nasi, kalaupun ia bisa menampung lebih, pastinya tidak akan lebih dari lima piring nasi. Lalu pada akhirnyapun mereka akan berakhir sama.

Hey...!! Bangun...!!! Bangun.....!!!

Bukankah perumpamaan itu tidak jarang kita mendengarnya, bahkan kita saksikan sendiri. Tanpa pandang buluh kematian menghampiri siapa saja.

Mungkin saat ini kita masih bisa tertawa, tersenyum dan sedikit gembira. Tapi hendaknya sebagai manusia yang sama-sama tidak tahu kapan ajal akan menjemput, kita meluangkan waktu sejenak, untuk berfikir, bermuhasabah, dan bertaubat kepada Sang Pencipta.

Kita hidup tidak lama kawan. Mau sepanjang apa pun umur kita, pastinya kita harus melewati satu hari untuk kematian. Dan itu pasti tak dapat di pungkiri.

Rosulullah SAW dalam sebuah makna hadits pernah bersabda: "Perumpamaan ku dengan dunia adalah ibarat orang yang sedang berjalan di musim panas, di tengah teriknya matahari, lalu ia menemukan sebuah pohon dan berteduh di bawah pohon tersebut. Dan setelah panasnya reda, orang itu berjalan lagi".

Imam Haddad dalam kitab hikamnya juga pernah berkata : "Sungguh aneh, melihat orang yang senang setiap harinya hartanya bertambah tapi umurnya berkurang".

Dunia ini penuh tipuan dan teka-teki. Menjadi pribadi yang prinsipil menjadi modal utama untuk mengarungi ganasnya lautan kehidupan. Jangan bosan-bosan menjadi orang baikm dan terus berusaha berbuat baik.

Semoga ada manfaatnya..............tulisan ini bukan menunjukkan penulis lebih baik, melainkan hanya sekedar mengingatkan dan mengajak............tidak lebih.

Monday, June 13, 2011

Lembaran Baru

Bismillah......................................

Kuawali lembaran ini dengan menyebut nama-Nya yang agung yang telah menciptaku dengan berbagai rahmat-Nya.

22 tahun. tak terasa semenjak blog ini dibuat sampai saat ini sudah berjalan 3 tahun. Dan tak terasa pula kesempatan mencari amal di dunia semakin berkurang. Mungkin saya, Anda, dan dia tidak pernah tau kapan akan menutup lembaran hidup ini. Tapi kita semua yakin, cepat atau lambat lembaran itu pun harus berakhir. Yah............! berakhir dengan sebuah titik.

Sebagai manusia yang sangat lemah, saya pun sering lalai dan lupa. Kehidupan ini tidak sepenuhnya terisi dengan catatan-catatan mulia. Terkadang ada beberapa lembar dari lembaran kehidupan terbuang atau bahkan terisi dengan catatan hitam. Itulah bntuk kehidupan yang kita jalani sekarang.

Harusnya kita sadar, semakin hari usia kita bukan semakin bertambah. Ibarat pasir waktu, pasir kehidupan kita semakin hari semakin berkurang, hanya saja kita tidak tahu kapan butiran pasir itu akan habis.

Dalam perjalanan sebagai khalifah di muka bumi, sudah sepantasnya kita lebih paham dan menyadari "Untuk apa kita diciptakan.....???". Sering kali kita lupa dan terlena dengan segala macam tipuan yang ada, yang mana semuanya tidak lain hanyalah untuk menguji kita. Saya dan Anda tercipta tidak Gratis......... semua akan ada pertanggungjawabanya. Mata, hidung, telinga, anggota badan, bahkan benda mati pun akan bersaksi atas segala perbuatan kita.

Mungkin di dunia, dengan mudah kita bisa memutarbalikkan fakta, membeli hukum, bahkan menyembunyikan bangkai sekali pun..... Tapi di sana...... Keadilanlah yang berbicara. Semua saksi berkata jujur, segala bukti rapih terkumpul, tak akan ada dusta sedikit pun di dalamnya. Dan kita, berdiri sendiri mempertanggungjawabkan semua perbuatan tanpa terkecuali.

Terkadang kita menganggap remeh dan menyangka, akan ada dispensasi, akan ada ampunan, akan ada keringanan........ Dan hal-hal mudah yang kita anggap akan sama seperti di dunia. Ternyata tidak kawan............!

Saat itu saat tersulit bagi kita. Tidak ada jalan lain selain surga dan neraka..................

Aahhh..............!!! meringis rasanya hati ini jika membayangkan.
Semoga sisa hidup ini bisa menebus segala dosa tanpa tersisa dan kita semua keluar dari dunia dengan pengakhiran yang baik dengan bercurahkan ridho dan ampuna-Nya.... amiin

Sunday, June 12, 2011

I love u all...............


I've spent half of my life far of you. When I'm alone the days feel like years I through. Everything that I do always reminds me of you. When I was child, I never thought this way before, cuz I thought I couldn't do anything without u by my side.
Now, the situation is different. Day after day, I through by my self, againts up everything preverent me lonely, solving problem I have by my own. Even I through this way alone, but I never feel's like that, cuz I believe that u'r love and prayer always guide my way. Even u're not by my side, I feel u always wipe my tears when I cry, in the dark night, I can feel u'r embrace when I sleep, and I feel so strong to face anything prevernt me. Although a second, I could never forget you, cuz you, always be in my heart mom, dad.
In the deep of missing u, I wish u always in the mercying n' blessing of Allah. May Allah allow us to get gathering in this wonderland, so I can return into u'r embrace even a second. cuz I luv u so much mom, dad, from this day on, now n' forever more.
And for my lovely sister, u're my angel when u're not by my side. You always be in my heart also. I promise, I'll guide u'r way like our parents guide our way. I'll wipe u'r tears, never allow u feel any pain, always watch over u. cuz u, my beloved sister..
Ya Allah, please watch over my family, when I cant' watch over them. amin

Untukmu Wanita


Ribuan pujangga mengeja langit, merangkai awan, menapak bumi tak beralas, tuk memuji mulianya mahluk ciptaan Allah yg bernama Wanita.
Betapa hidupnya telah terlukis untuk menebar cinta kasih dengan kehormatan dan kemuliaannya. Betapa hidupnya telah terukir untuk melindungi dengan kelemahanya. Dan sungguh hidupnya sangat berarti bagi mahluk seisi bumi.
Derajatnya telah di angkat walaupun tempatnya tetap. Harkatnya telah mengawan walaupun tapaknya di bumi, karena ia mulia dengan anugerah yg tersurat kepadanya.
Dan betapa dimuliakanya ia oleh Penciptanya, sehingga yg mencoba menoda, harus bertekuk atau tak berwujud sekalipun.
Dalam dirinya ada lautan kecantikan tak bertepi, yg seandainya seluruh tubuhnya ditutupi oleh jubah hitam sampai tidak sedikitpun dari kulitnya terlihat, niscaya kecantikanya masih akan terpancar dan terus berpendar pada setiap mata yg memandang.
Tapi sayang, tidak smua wanita mengetahui, akan kemuliaan dirinya, sehingga masih banyak dari mereka yg membuang kemuliaanya di tong smpah-tong sampah yg seharusnya musnah. Masih banyak dari mereka yg rela turun ke bumi setelah mengecup manisnya kayangan.
Wahai engkau yg hidupnya dimuliakan Penciptanya, sadarlah bahwa mahluk seluruh alam memuji penciptaanmu. Maka hormatilah dirimu, sebagaimana mereka menghormatimu. Jagalah dirimu sebagaimana Tuhanmu menjagamu dengan syariatnya. Dan muliakanlah dirimu sebagaimana harkatmu telah menembus langit permata biru.
Karena engkau mahluk mempesona yg telah di cipta-Nya.

Berlian Yang Terlupakan

Alkisah, diceritakan bahwa seorang lelaki yang sangat miskin sekali sampai-sampai untuk memberi makan malam dirinya saja ia tidak mampu, padahal ia masih punya tanggungan anak dan istri yang harus diberi makan – sedang mengais mencari sisa-sisa makanan yang mungkin tercecer di jalan.
Secara tidak sengaja, pandanganya tertuju kepada sesuatu di sudut jalan yang ia pun tidak mengetahui apa sebenarnya sesuatu tersebut. Setelah ia mendekat, lalu mengambil sesuatu tersebut dengan tanganya, betapa terkejutnya ia bahwa yang ada di tanganya sekarang adalah berlian yang begitu indah. Dari setiap sikunya memancarkan cahaya. Setiap orang yang melihatnya pasti akan terpesona akan keindahan berlian tersebut.
Tanpa ragu dan dengan penuh rasa gembira, ia mengambil langkah seribu menuju toko perhiasan untuk menjual berlian tersebut, dengan harapan hasilnya dapat ia gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hidupnya dan keluarganya. Hal-hal indah terbayang sepanjang perjalananya. Harapan harapan besar tersirat dalam hatinya. Sebentar lagi ia akan membeli kemewahan tanpa peluh dengan berlian yang ada di tanganya.
Seakan berjalan di atas awan, tak terasa langkah kakinya telah sampai di depan toko perhiasan yang ia tuju. Dengan sejuta impian ia memasuki toko perhiasan tersebut
“Maaf mas, bisakah saya menjual berlian ini di sini?” tanyanya kepada si penjaga toko.
“Coba saya lihat sebentar,”jawab pengaga toko.
Setelah memperhatikan dengan penuh ketelitian penjaga toko berkata dengan nada terkejut,“subhanallah…!!! Ini sungguh berlian yang sangat tinggi harganya, kalau seandainya aku berikan seluruh isi tokoku kepadamu, niscaya tidak dapat menggantikan nilai berlian ini. Lebih baik mas pergi ke toko lain yang lebih besar dari pada toko saya yang tidak jauh dari sini, barang kali dia bisa membeikan harga yang setara dengan berlian ini”, kata si penjaga toko.
Dengan sedikit rasa kecewa ia meninggalkan toko tersebut. Tapi rasa putus asa tidak sedikitpun terbesit di hati kecilnya. Karena dalam fikiranya, mungkin penjaga toko itu tidak mau menerima berlianya karena takut membuat ia kecewa, di sebabkan nilai yang diberikan tidak sebanding dengan berlian yang ia miliki.
Perjalanan menggapai impian pun berlanjut hingga akhirnya ia sampai di toko ke dua. Lalu ia masuk kedalam toko tersebut dan melontarkan pertanyaan yang sama seperti di toko sebelumnya.
“Permisi mas, bisakah saya menjual berlian ini di sini?”, tanyanya kepada si penjaga toko yang kebetulan juga lelaki.
Lalu penjaga toko tersebut mengambil berlian itu dari tanganya.
Setelah penjaga toko memperhatikan berlian yang ia bawa penjaga toko tersebut juga terkejut,”masya Allah, dimana kamu menemukan berlian ini?”, tanya penjaga toko dengan ekspresi yang sama dengan penjaga toko pertama.
“Di jalan”, jawabnya ringan.
“Wah mas, kalau seandainya seluruh isi toko ini dan bahkan dua kali lipatnya saya berikan kepadamu niscaya tidak dapat menggantikan nilai berlian ini. Lebih baik mas pergi ke toko perhiasan di ujung jalan sana, itu adalah toko perhiasan terbersar di kota ini, mungkin dia bisa memberimu harga yang setara untuk berlian seindah ini,” kata penjaga toko kedua seraya memberi nasihat.
Untuk kedua kalinya perasaanya hancur. Benar-benar tidak semudah yang ia bayangkan. Demi menjual satu berlian saja ia harus berkeliling-keliling toko perhiasan. Lelah dan letih sudah bercampur aduk dengan angan.
Tapi meski demikian harapan dan impianya tidak putus di tengah jalan. Untuk kesekian kalinya ia gantungkan cita-cita kebahagianya di toko yang ke tiga. Dengan do’a terucap, semoga di toko yang ke tiga ini berlianya dapat terjual.
Sesampainya di toko ke tiga.
“Assalamua’alaikum pak, bisakah saya menjual berlian ini di sini?” dengan penuh harap ia lontarkan pertanyaan tersebut diringi runtutan do’a di hati.
Tapi apa yang terjadi?
Setelah ia lelah berjalan, tidak satu toko pun yang mau menerima berlian yang ada di tanganya. Jawaban yang ia dapat di toko ke tiga tidak jauh berbeda dengan jawaban di dua toko sebelumnya. Bahkan kata penjaga toko ke tiga, jikalau seandainya seluruh isi toko di berikan kepadanya di tambah tiga kali lipatnya lagi tetap tidak bisa menggantikan harga berlian yang ada padanya.
Lengkap sudah penderitaanya. Berjalan tanpa alas kaki dari satu toko ke toko lain. Di tambah suara perut yang kelaparan ditemani dengan hausnya kerongkongan, membuatnya semakin putus asa. Ia hanya bertanya-tanya dalam hatinya, mengapa tidak ada satu toko pun yang mau menerima berlianya ini. Hilang sudah prasangka baik yang ada dalam hatinya. Yang ada hanya tanda tanya yang berkumul tak teratur dalam otaknya.
Lalu dari toko ke tiga ia dianjurkan untuk datang kepada raja, mungkin raja bisa menggantikan harga berlian yang ia temukan di jalan dengan harga yang setara. Untuk terakhir kalinya ia gantungkan impianya kepada sang raja. Dengan harapan semoga raja bisa memberikan kepadanya harga yang setara dengan berlian yang ia bawa.
Langkahnya menuju kekerajaan, tidak selincah ketika ia berjalan ke toko pertama. Harapan yang menjadi citanya tidak sebesar anganya ketika pertama kali ia menemukan berlian tersebut. Hingga akhirnya langkanya pun sampai di gerbang kerajaan.
Di depan gerbang kerajaan, telah berdiri dua orang pejaga gerbang yang berbadan besar. Dengan santun ia utarakan maksud dan tujuanya datang kekerajaan. Sesudah mengetahui maksud dan tujuanya, dua orang penjaga gerbang kerajaan itupun mengizinkanya masuk menemui raja.
Setelah lama ia menunggu, akhirnya sang raja pun keluar dari kamarnya yang mewah.
Dengan tutur kata yang diatur sedemikian indah, ia utarakan maksud dan tujuanya menemui paduka raja. Ia ceritakan kisah perjalananya secara singkat hingga akhirnya bisa sampai ke kerajaan yang begitu megah.
Selesai ia bercerita, dari dalam sakunya ia tunjukkan berlian yang ia bawa ke pada paduka raja.
Lalu raja mengambil berlian tersebut dengan tanganya.
Cukup lama raja memerhatikan berlian tersebut hingga akhirnya berkata,” wahai pemuda, berlian ini sungguh tidak ternilai harganya, jikalau seluruh isi kerajaan ini ku berikan kepadamu nisacaya tetap tidak akan bisa menggantikanya, dimana engkau menemukan berlian ini?”, seraya menyambung perkataanya dengan pertanyaan.
“Di jalan raja”, jawabnya tunduk kepada raja.
“Di jalan?”, tanya raja balik dengan nada sedikit terkejut.
“Betul raja”, jawabnya lagi.
Lalu raja meneruskan pembicaraanya,“ sungguh engkau orang yang beruntung wahai pemuda. Begini saja, bagaimana kalau sebagai gantinya akan ku berikan kepadamu kunci gudang hartaku, dan kamu ku beri waktu selama sepuluh jam untuk mengambil apa saja yang kamu sukai dan sebanyak yang kau mau dari hartaku sebagai ganti dari berlian ini?”
“sungguh raja?”, tanyanya balik
“Iya, sungguh, kalau enggaku mau, sekarang juga pembantuku bisa mengantarmu ke gudang harta ku yang berada tepat di belakang kerajaan ini”, jawab raja memastikan keraguan lelaki miskin tersebut.
Betapa bahagianya ia sekarang, seakan memukan kembali lilin kehidupanya yang hampir padam untuk selamanya. Anganya kembali berkelana menelusuri setiap inci impian-impian indah yang ia miliki. Semangatnya kembali bangkit tegak bak gunung batu di dataran Yaman yang selalu sigap di terpa badai. Prasangka buruk atas berlian itu sirna dalam sekejap.
Dengan di antar oleh pembantu raja, ia melangkah menuju gudang tempat harta benda sang raja di simpan. Tanpa terlewatkan oleh pandangan matanya, setiap sudut kerajaan ia lalui dengan rasa kagum. Sungguh ia terheran-heran dengan kemewahan yang ada di dalam kerajaan.
Bagaikan orang yang baru terjaga dari mimpi indah, tanpa terasa di hadapanya sudah berdiri angkuh pintu gudang harta sang raja. Pintu yang begitu megah menggambarkan kemewahan ruangan di balik pintu tersebut.
Perlahan pintu gudang di buka.
“Krek..!! hawa sejuk bersanding dengan aroma wewangian menghempas tubuhnya dengan lembut seketika pintu gudang terbuka. Perlahan ia melangkah masuk. Dan lebih takjub lagi ia setelah benar-benar berada di dalam. Sungguh pemandangan yang belum sama sekali pernah ia lihat. Emas, intan, berlian, semuanya tersusun rapi. Cawan air terbuat dari kristal seakan duduk manis di hadapanya, menunggu anggur segar akan dituanggan di dalamnya. Berbagai macam jenis makanan dan buah-buahan dengan aroma yang sangat menggoda, sudah terhidang di hadapanya.
Tapi sangat di sayangkan, mungkin karena terlalu lama ia hidup dalam kemiskinan sehingga ia tidak tau bagaimana bergaul dengan kemewahan Terlalu lama ia menyelami kelalaian tanpa kerja keras, sehingga ia tidak tau bagaimana menyikapi kesempatan.
Dalam ketakjubanya yang bodoh terbesit dalam pikiranya, untuk membagi waktunya yang sepuluh jam. Satu jam ia gunakan untuk mencicipi segala hidangan yang ada dan menikmati nikmatnya kehidupan kerajaan. Dan sisanya sembilan jam ia gunakan untuk mengambil seluruh harta raja yang ia inginkan. Karena dalam pikiranya Sembilan jam sudah lebih dari cukup untuk mengambil harta raja yang ia inginkan.
Detik demi detik waktu pun berjalan. Ia mencicipi satu persatu hidangan yang ada. Setelah kenyang dengan makanan, ia menuju lemari es yang sangat besar dimana tersimpan berbagai macam minuman di dalamnya. Tanpa terlewatkan satu pun, ia cicipi seluruh minuman yang ada di lemari es tersebut. Sampai-sampai tak terasa dua jam telah berlalu, sungguh di luar dari yang ia rencanakan.
Tapi sayangnya, dalam kelalaian, kebodohanya kembali berargumen, delapan jam juga lebih dari cukup untuk merampungkan semua rencananya.
Setelah lambungya penuh dengan berbagai macam makanan dan minuman, otak bebalnya berusaha berkolaborasi dengan ide yang mungkin ia anggap cemerlang tapi sebenarnya hanya berakhir dengan isapan jempol.
Dari waktunya yang hanya tinggal delapan jam, dua jamnya ingin ia gunakan untuk terbang ke alam mimpi dengan beralaskan permadani yang sangat lembut. Sebab ia merasa terlalu lelah dan ingin memanjakan tubuhnya sejenak, sembari mengumpulkan tenaga. Hawa sejuk istana dengan aromanya yang wangi pun mempercepat penerbanganya ke alam mimpi.
Satu jam, dua jam, tiga jam, empat jam, lima jam telah berlalu, dan amat sangat di sayangkan di jam terakhir jam ke enam ia juga belum bangun dari tidurnya. Sampai akhirnya habis lah waktu sepuluh jam ia lalui di dalam gudang harta sang raja.
Lalu kemudian.
“Hai orang miskin…..!!! bangun…!!! Bangun…!!! Waktumu sudah habis,” hardik pembantu raja membuatnya terjaga. Tapi ia masih setengah sadar karena tidurnya terlalu nyenyak.
“Ayo bangun, waktumu sudah habis. Sudah sepuluh jam kamu di sini,” tegas si pembantu raja.
Akhirnya ia sadar juga dari tidurnya, tak terasa enam jam telah ia lalui dengan tertidur. Pengembaraanya yang indah ke alam mimpi, membuat ia mengembara ke dalam penyesalan terdalam dalam dirinya. Penyesalan karena ia akan kembali hidup sengsara seperti sedia kala.
“Wahai tuan!!!! tolong berikan saya waktu 15 menit saja untuk saya mengambil harta raja secukupnya,” katanya memohon kepada pembantu raja.
“Tidak bisa,” jawabnya tegas.
“Kalau lima menit bagai mana?” pintanya lagi.
“Tetap tidak bisa, walau sedetik pun niscaya tidak akan aku berikan, raja telah bermurah hati memberikan 10 jam kepadamu. Kalau kamu belum mengambil harta raja sedikitpun, itu salahanmu. Sekarang mana yang engkau pilih, ingin keluar dari kerajaan ini secara terhormat, atau ku seret kau keluar dengan paksa?” kata si pembantu raja dengan tegas.
Dengan wajah putus harapan dan tubuh lunglai seakan tak bertulang keluarlah ia dari kerajaan. Berlian yang begitu berharga, yang nilainya tidak dapat di gantikan oleh penjaga toko pertama, kedua dan ketiga, bahkan oleh raja sekali pun, hanya ia ganti dengan makanan, yang setelah dua jam kemudian mungkin ia akan merasa lapar lagi. Dengan minuman, yang mungkin setelah keluar dari kerajaan ia akan merasa kehausan lagi. Dan dengan tidur, yang pasti di keesokan harinya ia akan tidur lagi.
Waktu yang raja berikan kepadanya ia sia siakan begitu saja, tanpa ada bekasnya sedikit pun. Dan akhirnya, ia pun kembali miskin seperti sedia kala.


Dari cerita di atas, sadarkah kita siapa sebenarnya lelaki yang menemukan berlian berharga tersebut? Yang mana semua orang bahkan sampai raja sekalipun tidak bisa menggantikanya.
Tanpa kita sadari, lelaki tersebut adalah saya, Anda, dan kita semua yang hidup di dunia ini.
Berlian yang berharga itu adalah usia yang kita miliki, yang tidak seorang pun dapat menggantikanya dengan harta berapa pun jumlahnya.
Raja yang berperan di atas adalah Allah SWT yang telah memberikan kita waktu di dunia ini untuk menimba amal, menjadikan dunia ini ladang bercocok tanam kebaikan untuk bekal kita di akhirat. Dan menjadikan setiap amalan dengan ganjaranya yang berlipat lipat.
Tapi memang mungkin kita yang kurang menyadari akan nikmat yang telah Allah SWT berikan. Kita yang telah terlena dengan gemerlapnya dunia sehingga lupa kemana tujuan kita sebenarnya. Kita telah menyia-nyiakan waktu yang Allah berikan dengan hal-hal tidak berguna seperti yang di lakukan lelaki miskin tersebut yang mana seharusnya ia bergegas ketika kesempatan itu masih lapang.
Dan pembantu raja itu adalah Izrail, sang malaikat pencabut nyawa. Jika batasan waktu hidup kita telah habis, maka ia tidak akan menunda walau sedetikpun. Ia tidak akan memberikan kita kesempatan walaupun satu kata taubat. Dan ketika nafas sudah sampai di kerongkongan maka ketika itu diliperlihatkan di mana tempat duduk kita di akhirat, di surga kah? Atau nerakakah? Mari sama-sama kita berlindung kepada Allah agar di jauhkan darinya dan siksanya.
Akhirul kalam semoga Allah SWT memberi kita kekuatan untuk tetap beristiqomah di jalanya, menjalankan syari’at-Nya dan menjauhi laranga-Nya. Dan menjadikan kita bagian dari orang-orang yang berkata dan mengamalkan perkataanya, bukan menjadikan kita bagian dari orang miskin yang melalaikan kesempatan. Dengan harapan besar rahmat, taufik dan hidayah-Nya selalu tercurah kepada kita di dunia dan di akhirat.

Cerita di atas saya merupakan bagian dari ceramah dosen Fak. Syariah wal Qonun Universitas Al-Ahgaff, Yaman,(Al-Ustadz Bahamis) yang saya mencoba menerjemahkanya ke Bahasa Indonesia dalam bentuk cerpen. Mohon maaf kalau banyak salahnya, yang penting bukan ceritanya, tapi hikmah di balik cerita itu. Yaitu agar kita selalu memanfaatkan kesempatan yang Allah SWT berikan sebaik2nya.
Ushii nafsii wa iyyakum bitaqwallah………

Mungkin Ini Likunya


Hidup manusia memang penuh liku dan cobaan. Semuanya sudah menjadi titah hidup yang telah lama tertulis jauh sebelum manusia itu diciptakan. Tapi tekadang manusia tidak menyadari hal itu. Manusia sering menyesali hal yang tidak perlu disesali, merasa rugi padahal dia tidak kehilangan apa-apa, merasa senang, gembira, bahkan bisa lebih dari itu, padahal yang ia genggam hanya sementara. Kebodohan manusia yang terbesar adalah LUPA UNTUK APA IA DICIPTAKAN!!!"Cuti Setahun". Banyak orang yang bilang, "kamu kehilangan banyak kesempatan, rugi umur, dsb". Padahal bukan dia yang memberi saya rizki, usia, ilmu, dll. Semua ada di tangan Sang Agung yang telah mewujudkan saya ke bumi ini. Mereka terlalu berfikiran sempit. Padahal ketika satu pintu tertutp masih ada ribuan pintu yang bisa dibuka. Bumi Allah luas, dan hikmah bisa kita temukan di mana saja, selagi akal sehat kita mau kita gunakan untuk menerkanya. as-Saaqii Baaqii wal maula la yazal yu'thii....Jadi tidak ada yang perlu disesali bukan. Karena penyesalan hanya untuk orang yang tidak yakin kepda Tuhan-nya!

Sebenarnya ingin sekali saya bertanya kepda orang2 yang menjustifikasi bahwa pilihan saya salah. Dan atas dasar apa mereka mengatakan saya rugi umur. Apakah hanya masalah keterlambatan menyelesaikan studi mereka berkata saya rugi umur?? Padahal, selama manusia mau mengisi hidupnya dengan terus menambah ilmu, memperkuat iman, dan memperbanyak amal, hidupnya tidak akan sia-sia. Bukankah di tempat lain hal itu juga bisa dilakukan...??

Penentuan rugi atau beruntungnya manusia bukan sekarang, Tapi nanti, ketika manusia berhadapan langsung dengan Rabb-nya, lalu ditanya 4 perkara : tentang usianya, untuk apa ia habiskan? tantang masa mudanya untuk apa ia lewatkan? tentang hartanya, darimana ia dapat? dan kemana ia infaqkan?. Karena ketika itu baru hakikat akan terungkap.

Jangan terlalu mudah menjustifikasi suatu hal kalau belum tau hakikat sebenarnya. Lebih baik berhusnudzon, karena kita tidak pernah bisa tau apa yang terbaik untuk orang lain. Mungkin boleh Anda memberi masukan, dan itu sangat baik, tapi Anda tidak bisa memaksakan, karena saya bukan Anda dan bukan Dia. Sekilas kita sejenis, tapi hakikatnya berbeda.

Tapi saya tidak lupa mengucapkan terima kasih, kepada semua teman-teman yang sudah mencurahkan perhatianya kepada saya khususnya. Sangat sulit zaman sekarang mencari teman seperti Anda yang mau berteman apa adanya.
Semoga kita bisa bertemu dan berkumpul kembali, dan bukan hanya di dunia tapi juga di Firdaus al-a'la bersama kekasih tercinta Muhammad SAW.....................amin