Wednesday, July 30, 2014

Jodoh



Jodoh. Sebelum lebaran kemaren gue dapet inbox dari temen gue di Surabaya. Dia nanya gini, ‘Fik, ada yang bilang jodoh itu kita yang mencari lalu Tuhan yang merestui, itu penjelasannya gimana?’ heemmm… kayaknya doi baru dengerin omongannya om Mario ni… hehe… Sempet mikir sih gue. Konsep jodoh yang sebenarnya itu gimana. Gue juga sempet sharing sama beberapa teman, ngobrol ringan tentang jodoh, tapi kesimpulan akhir masih belum juga mengurucut kepada sebuah titik ujung dari arti jodoh sesungguhnya.
Kita sering melihat zaman sekarang, anak SMP, SMA, bahkan ponakan gue yang masih es de ada yang galau gara-gara pacaran, dan dia sempat bikin status facebook yang aneh aneh, kayak: ‘duh gak bisa tidur nii, kalau belom denger suara doi, ‘ atau, ‘cokelat udah, bunga udah, es krim udah, tapi ngambeknya ko gak ilang-ilang sih beb, aku minta maaf.’ Haddeeeh… dalem hati gue, ‘untung om lo ini gak ada di Indo, coba ada, gue jitakin deh atu-atu… haha… ‘
Manusia zaman sekarang sudah mulai memikirkan kehidupan berumah tangga dari masa yang terlalu dini, sehingga banyak dari mereka yang mencoba menjalin hubungan sejak es de. Tetapi dari sekian banyak gue menemukan pasangan kekasih yang terikat dengan kata ‘pacaran’ baru sedikit yang gue temui bisa sampai bersatu ke pelaminan. Dan ketika pasangan pacaran memutuskan untuk berpisah, kalimat yang paling sering terungkap dan menjadi jurus pamungkas adalah, ‘mungkin kita belum berjodoh, kalau memang kamu jodohku, pasti kita dipertemukan kembali.’ Padahal, mereka telah lama berpacaran dan telah lama pula berusaha menyatukan hati dan visi.
Di sisi lain, gue juga banyak menemukan pasangan suami istri yang menikah tanpa proses berpacaran. Bahkan ada yang awalnya tidak suka, tapi setelah terikat janji suci pernikahan, mereka bisa menyatukan hati dan otak demi membangun sebuah keluarga sakinah. Hidup bahagia, dan dikaruniai anak-anak yang sholeh dan sholehah. See?
Potret lain dari seketsa kehidupan adalah pasangan bercerai. Kalau kita sekali-sekali jalan-jalan ke pengadilan agama, setiap harinya pasti ada saja sidang perceraian. Bahkan sekarang sudah ada suatu badan usaha yang menangani masalah perceraian, bisa dibilang mereka adalah konseptor bagi pasangan suami istri yang ingin bercerai. Gue lupa namanya apa… haha… Yang jelas tujuannya membantu mengatur hak dan kewajiban suami istri setelah bercerai, baik itu hak asuh anak, atau pemisahan keuangan keluarga yang kadang sering terbengkalai di tengah panasnya suasana perceraian. Seperti kebanyakan anak yang rusak masa depannya berawal dari sebuah perceraian yang tidak termanage dengan benar.
Ada pasangan suami istri yang bercerai setelah delapan tahun menikah, ada yang setelah lima belas tahun menikah, ada yang setelah tiga puluh tahun menikah, bahkan yang setelah akad langsung bercerai lalu suaminya langsung menikah lagi juga ada. Dan itu salah salah satu teman gue sendiri... Wow!
Mungkin kita bisa bilang untuk pasangan yang langgeng dari pacaran sampai ke pelaminan atau tanpa proses pacaran lalu menikah dan hidup bahagia, ‘kalian jodoh yang serasi, atau kalian memang jodoh.’ Tapi masalahnya, bagaimana dengan pasangan bercerai? Apa mereka aslinya tidak berjodoh sehingga bercerai, atau jodoh mereka hanya sampai waktu tertentu dan ketika bercerai mereka menemukan jodoh mereka yang sesungguhnya?
Setelah gue pikir-pikir, konsep jodoh yang sesungguhnya berbanding lurus dengan rezeki. Bukankah kita sering mendengar ungkapan ini: ‘rezeki, jodoh, dan usia semua ada ditangan-Nya.
Seperti halnya rezeki, jodoh harus kita cari dan kita ikhtiarkan. Tapi segala ikhtiar Allah yang menentukan. Rezeki harus dicari dengan cara yang halal dan diridhoi oleh Allah, begitu juga dengan jodoh, cara mencarinya juga harus dengan tetap berpegang kepada syariat yang sudah Ia gariskan untuk hamba-Nya. Jadi mungkin ini jawaban dari kenapa banyak pasangan yang tidak langgeng dalam pernikahannya, bisa jadi karena proses awal pencariannya tidak Allah ridhoi, sehingga hubungan kedepannya tidak mendapat ridho-Nya juga.
Proses mencari jodoh yang islami adalah dengan ta’aruf (perkenalan), lalu setelah itu kedua belah pihak saling beristikhoroh. Jika dari pihak laki-laki sudah ada kemantapan untuk melangkah ke hubungan yang lebih serius, maka dia bisa memintanya kepada pihak perempuan yaitu walinya. Baru setelah itu, pihak permpuan memberi jawaban hasil istikhoroh atas permintaan pihak laki-laki. Kemudian jika pihak perempuan menerima, maka proses bisa berlanjut, tetapi jika tidak, ya semua berakhir sampai di situ. Adapun kalau pihak laki-laki yang tidak ingin melanjutkan, maka proses berhenti sampai pada tahap ta’aruf saja. Dengan begitu, tidak akan ada hati yang tersakiti, tidak ada kehormatan keluarga yang ternodai, juga tidak akan ada generasi galau yang masa depannya gak jelas hanya karena hubungan percintaan yang gak pasti.
Ada yang bilang, ‘lho, kalau ta’arufnya hanya seperti itu, mana bisa cinta? Kita kan harus tau sifat-sifat calon pasangan kita lebih dalam demi terwujudnya hubungan yang harmonis dalam keluarga.’ Ya memang, sifat, karakter, dan kebiasaan kita harus mengetahuinya, tapi untuk mengetahui hal tersebut tidak harus berinteraksi langsung dengan calon pasangan kita. Semua bisa ditanyakan melalui perantara. Seperti ibu kita menanyakan kepada ibu calon mempelai. Jika sudah mengetahuinya, maka istikhoroh yang memperkuat kemantanpan hati. Semua sudah diatur rapi dalam Islam.
Gue punya teman yang cewenya sekarang udah mau nikah. Kata temen gue, cewenya ini cintanya sama dia, sayangnya sama dia, dan hatinya masih terus condong ke temen gue ini. Cewenya menerima datangnya orang lain untuk ta’aruf lantaran temen gue ini belum bisa menikahinya dalam waktu dekat dan cewenya terdesak permintaan keluarga yang menginginkan ia menikah cepat. Dalem hati: ‘ini yang mau nikah keluarganya apa dia? whateverlah, gak ngurus… haha. Nah, teman gue ini galau, karena seakan cewenya ini masih memberi harapan ke dia lantaran tadi, cewenya bilang hatinya masih condong ke teman gue. Akhirnya gue saranin teman gue untuk meminta ketegasan dari hasil istikhoroh cewenya. Karena sangat tidak mungkin, hasil istikhoroh yaitu kemantapan hati bertentangan dengan pilihan. Kalau memilih A, otomatis pilihan tersebut adalah representasi dari suara hati.
Setelah teman gue bertanya kepada cewenya, ternyata cewenya masih dilemma antara memilih teman gue atau orang yang akan berta’aruf ke dia. Tapi setelah beberapa saat cewenya pun memberi jawaban, dan ternyata cewenya gak memilih teman gue. Tandanya hasil istikhoroh cewenya itu bukan teman gue jawabannya. Kalaupun cewenya bilang hatinya buat teman gue, itu adalah representasi dari sifat egois cewe tersebut yang gak mau kehilangan teman gue, karena selama ini dia merasa bahwa teman gue ini yang bisa membuat dia nyaman. Maka detik itu juga gue bilang ke teman gue kalau dia harus memutus hubungan dengan cewenya, karena cewenya sudah milih yang lain dan otomatis jalan mereka sudah berbeda. Bukan berarti memutus silaturrahim, melainkan sejak pilihan membedakan jalan, semua pihak harus fokus dengan jalannya masing. Kalau cewenya masih bimbang juga, gue saranin teman gue untuk membuat suatu masalah yang membuat cewenya bisa pergi dengan sendirinya. Mungkin semuanya akan merasa sakit. Tapi itu konsekuensi dari sebuah pilihan. Karena gak mungkin teman gue masih terus jalan sama cewenya sedangkan dia sudah memilih yang lain. Harus disadari oleh kedua belah pihak mereka belum berjodoh.
Sedangkan cinta, ia adalah karunia terindah yang dianugerahkan Allah bagi pasangan yang bersatu karena-Nya. Rasa itu akan timbul dengan sendirinya tanpa harus berusaha mencinta. Ia ada untuk menguatkan ikatan setiap hubungan. Pastinya lo pernah denger banyak ditemukan single parent yang mampu menghidupi sekian banyak anaknya, kalau bukan kekuatan cinta hal tersebut pastinya akan sangat sulit.  Lalu apakah yang dirasakan temen gue dan cewenya itu adalah cinta? Kalau menurut gue sih bukan, itu hanya rasa terlalu sayang yang timbul dari frekuensi interaksi yang terlalu sering.  Karena menurut gue cinta hanya akan datang pada waktu dan tempat yang tepat. Dia tidak akan salah alamat, karena dia tidak buta tapi punya mata.
Balik lagi ke jodoh, jadi kesimpulannya jodoh adalah karunia yang Allah berikan kepada kita. Terkadang kita harus berusaha mencarinya sendiri, terkdakang pula jodoh itu datang dari sisi yang tidak kita sangka-sangka. Seperti halnya rezeki yang berupa harta benda, adakalanya kalanya jodoh tetap menjadi milik kita, adakalanya juga kita harus kehilangan karena Allah mencabutnya kembali. Maka pasangan yang bercerai, bukan berarti mereka tidak berjodoh sejak awal, melainkan ditengah jalan Allah turunkan cobaan rumah tangga demi menguji kesabaran mereka, jika mereka mampu melewatinya bersama, bertahan dan kembali meluruskan niat pernikahan mereka, maka hal itulah yang Allah kehendaki. Tetapi jika tidak, Allah menawarkan alternatif lain yaitu bercerai, baru nanti jika mereka sudah pada jalannya masing-masing akan Allah pertemukan kembali dengan jodoh yang baru tergantung kepada ikthtiar mereka.
Sebagaimana rezeki itu gak akan kemana, begitu juga dengan jodoh. Tidak ada istilahnya rezeki atau jodoh kita diambil orang lain. Jadi sebagai manusia yang yakin kepada Tuhannya kita harus bisa lebih ikhlas untuk menerima apa yang ternyata tidak digariskan menjadi milik kita. Terkadang itu sulit, tapi kita harus percaya, Allah sudah mempersiapkan yang terbaik selama kita terus berprasangka baik kepada-Nya.

Iedul Fitri 1435 H

Homesick….homesick….homsick…. haaaaah… lagi-lagi moment idul fitri selalu bikin gue kangen sama suasana kampung halaman. Ketupat, sayur nangka, taucho medan, ayam kecap, gulai ayam, udang balado, jengkol goreng… haaaaah, gue kangen. Long distance relationship emang paling joss membuat kita lebih sayang dan menghayati lagi arti pentingnya orang-orang di sekeliling kita yang selalu menantikan kehadiran kita, dan kita selalu memimpikan bisa kembali lagi berkumpul bersama mereka. Kita gak akan tau betapa berharganya arti sebuah kebersamaan dengan orang-orang yang kita sayangi sebelum kita merasakan yang namanya perpisahan. Makanya gue pernah denger ungkapan dalam syair bahasa arab yang bilang, ‘aku pergi jauh untuk bisa lebih dekat kepadamu’. Yaa, pergi untuk lebih dekat lagi dalam media hati yang lebih intim.
Semoga aja ini lebaran terakhir gue jauh dari keluarga dan orang-orang yang gue sayangi di Indonesia, dan tahun depan gue bisa kembali lagi berkumpul bersama mereka.
Gue kangen melihat muka nyokap yang selalu saja meneduhkan terik panasnya kehidupan. Gue kangen melihat muka bokap yang selalu meyakinkan gue bahwa cobaan hidup itu adalah bumbu yang membuat kehidupan semakin berwarna dan berkesan. Gue kangen melihat wajah ponakan-ponakan gue yang waktu gue tinggal dulu masih pada imut-imut lucu dan sekarang sudah mulai beranjak dewasa, dan tiap kali gue menelpon mereka selalu bertanya, ‘om fiki kapan pulang? Lama amat belajarnya’. Gue juga kangen sama sepupu-sepupu gue yang selalu berbagi cerita, menebar tawa dalam keluarga besar yang gue sayangi. Gue kangen sama temen-temen gue yang entah sekarang sudah sibuk dengan pekerjaan atau repot dengan urusan keluarganya masing-masing. Aaahhh… gue kangen semuanya, dan gak bisa dipungkiri, sejauh apapun dan selama apapun kita merantau, orang-orang tersayang selalu dekat di hati.
Seperti idul fitri-idul fitri sebelumnya, idul fitri kali ini lagi-lagi gue nikmati bersama teman-teman senasib seperjuangan yang selalu membagi suka dukanya bersama. Rasa kurang pasti terasa dengan tidak adanya keluarga di sisi, tapi paling enggak, hadirnya mereka selalu bisa mengobati kerinduan membuncah yang selalu saja ingin diluapkan saat kembali berkumpul bersama keluarga tercinta.
Idul fitri di sini gak ada yang spesial bagi kami para mahasiswa, semua berjalan terlalu biasa. Malam takbiran, mendengar kumandang takbir yang menggema dari seluruh punjuru kota Tarim, lalu kemudian esok harinya shola tied berjmaah, memakan masakan yang kita masak ramai-ramai, kemudian tidur berjama’ah. Ya, tidur berjama’ah. Entah itu sudah menjadi adat kebiasaan atau apa yang jelas, setelah menunaikan sholat ied suasana kota layaknya kota mati yang tidak berpenghuni. Mungkin karena semalaman semua orang tidak ada yang tidur demi menghidupkan malam takbiran dengan kumandang takbir yang tak henti-henti terdengar.
Setelah hari pertama, hari ke dua setelah lebaran hampir seluruh penduduk kota kembali berpuasa syawwal selama enam hari, lalu baru setelah hari ke delapan kota kembali diramaikan oleh acara ‘uwad (sejenis open house) yang diadakan oleh ulama-ulama pembesar kota Tarim yang sudah menjadi adat turun temurun. Dan acara tersebut dihadiri oleh mayoritas penduduk kota Tarim.
Oya, beberapa hari yang lalu temen gue di twitter Anggia menanyakan tentang kulliner di Negara tempat gue tinggal, Yaman, soalnya dia orangnya foodie banget dan selalu penasaran dengan berbagai macam menu-menu kuliner. Sebelum gue bahas gue mau ngucapin selamat idul fitri dulu ke dia, selamat hari Raya Iedul Fitri 1435 H yaa Anggia, mohon maaf lahir batinnya yaa.. hehe..
Ngomongin masalah kuliner, sebenarnya menu kuliner di sini sagat sederhana gak seperti di Indonesia yang setiap kota punya makanan khas tersendiri. Orang sini terbisasa makan roti di pagi dan malam hari, untuk siang harinya baru mereka menyantap nasi sebagai makanan pokok. Maka tiap kali ngobrol masalah makanan sama orang Yaman, pasti doi heran, ‘apa-apaan makan nasi 3x sehari? Sekali itu cukup’. Dalem hati : ‘laaah, orang indo kalau belum kena nasi yaa belum makan namanya’. Tapi meski begitu, seiring berjalannya waktu lama kelamaan kita bisa menyesuaikan diri dengan pola makan yang ada. 
Banyak yang bertanya, ‘emang kenyang cuma makan roti aja?’ Gue mau ngasih tau kalau roti yang kita makan di sini agak cukup berisi tidak seperti roti tawar yang kita makan di indo dan jenisnya pun beragam. Nah, gue sebutin ni macem-macem rotinya:
1. Heif, heif adalah roti gandum yang bentuknya seperti Frisbee. Roti ini paling cocok banget untuk orang yang porsi makannya agak banyak. Dengan bentuknya yang agak tebal seperti Frisbee ia sangat nyaman di perut, memberikan sensasi kenyang yang tidak terlalu padat. Mau dimakan semua, setengah, atau seperempat, sensasi kenyang yang dirasa tetap standar. Jadi kenyangnya tidak membuat kita jadi mengantuk. Gue biasanya  makan heif seperempatnya aja. Itu aja gue ngerasanya dah cukup banget. Heif biasa disajikan di pagi hari dengan keju atau halawa (sejenis manisan), tapi jika ingin langsung dimakan rasanya juga lumayan enak,
2. Khubz, dia berbentuk bulat juga, tapi tidak setebal heif yang seperti Frisbee, dia lebih tipis dan lebih lembut, tetapi biasa disajikan juga di pagi hari dengan keju, halawa, atau selai.  
3. Single, orang sini biasa menyebutnya seperti itu. Entahlah, mungkin karena dia jomblo abadi sehingga sebutannya single. Single adalah roti dari adonan terigu yang dibentuk lebar seperti pizza lalu dibakar di tunku api. Hasilnya ia akan sedikit garing ketika digigit. Dia tidak dinikmati dengan keju atau halawa, tetapi temannya adalah lauk seperti gilabah dujaj (ayam yang dimasak remuk dengan kuah kari), shakshuka (lebih dikenal dengan telor oreg yang ditambah irisan cabai, bawang merah dan tomat), fasholia (tumisan kacang merah dicampur kuah kaldu), atau bisa lauk kari-karian lainnya.
4. Routho, ia sepert single, terbuat dari adonan terigu, bedanya ia berbetuk segi empat sebesar buku tulis, tipis, lembut dan tidak di bakar ditugku api tetapi diatas penggorengan martabak. Routho sama seperti single, gak dimakan dengan yang manis-manis. Gue biasanya beli roti ini kalau mau bikin sandwich ala gue sendiri…haha… tinggal taro telor dadar di atasnya, irisan ketimun, keju, dan saus sambal, trus gulung deh. Nah, biasanya roti dengan lauk itu menjadi menu makanan di malam hari, meski ada juga yang menjadikannya menu sarapan.
Untuk makan siang yang berupa nasi, di sini sangat tidak lazim jika nasi disajikan hanya berbentuk nasi putih biasa. Orang sini biasa memasaknya dengan lansung dicampur dengan bumbu. Nasi seperti itu sering disebut nasi bukhori atau dikenal dengan nasi arab. Setiap restoran pun punya cara dan bumbu tersendiri dalam memasaknya, sehingga rasa nasi antara satu restoran dengan restoran yang lain tergolong berbeda. Sedangkan untuk lauknya ada ayam bakar, ayam panggang, ikan goreng, daging kambing, atau daging unta yang dimasak sangat empuk. Biasanya sebagai pelengkap disajikan juga kuah kaldu di mangkuk kecil, sahawak (sambal yang terbuat dari tomat, cabai, dan bawang merah yang diblender tanpa dimasak lagi), dan beberapa sayur lalapan.
Selain makanan, berbicara masalah kuliner gak bisa lepas dari aneka minuman. Tetapi sayangnya di sini hampir semua restoran menyajikan menu minuman yang sama dan terbilang hanya itu-itu saja. Gue sampai heran, dari ujung ke ujung restoran yang gue kunjungi minuman yang disajikan semua sama. Dia lagi dia lagi… ini ni tersangkanya:
1. Musyakkal, ini minuman paling favorit. Ia sejenis milkshake mangga. Komposisinya terdiri dari jus mangga instan dicampur dengan susu putih bubuk dan es batu. Lalu kesemuanya diblender. Setelah semuanya bercampur, sebelum dituangkan ke dalam gelas, pinggiran gelas diberi sedikit sirup anggur.
2. Liem. Ini adalah sejenis jus lemon yang lemonnya diblender beserta kulit kulitnya. Setelah larut, untuk penyajiannya lemon itu disaring lalu dituang kedalam gelas. Paling asik minum liem pada siang hari di musim panas. Campuran asam dan manisnya sangat menyegarkan. Lemon yang dipakai bukan lemon kuning yang kulitnya tebal, tapi lemon hijau yang bentuknya seperti jeruk nipis.
3. Tuths, adalah minuman anggur yang sangat kental, berwarna ungu pekat. Awalnya gue kurang suka dengan warnanya. Tapi setelah mencicipi rasanya, ternyata rasa manisnya yang pas cukup memanjakan lidah dan tenggorokan.
4. Reip, minuman ini yang paling gue suka. Selain bagus untuk pencernaan rasa asamnya cukup menyegarkan. Reip adalah susu fermentasi yang biasa kita kenal dengan sebutan yougurt. Hanya bedanya dia agak sedikit lebih cair.
Empat jenis minuman inilah yang menjadi khas di Negara Yaman. Mau penjuru mana yang dikunjungi, hanya empat jenis minuman ini yang ada. Kalaupun ada jenis lain, itu hanya sebatas aneka jus yang biasa kita temui di Indonesia.
Adapun jajan-jajanan, di sini ada jajanan yang hanya bisa ditemui di waktu tertentu. Harisah misalnya, ia hanya bisa kita jumpai di musim dingin. Harisah adalah olahan daging kambing dan gandum yang dimasak sampai halus, kalau sudah jadi bentuknya akan seperti adonan. Untuk memakannya biasa diberi campuran madu atau gula. Harisah sangat cocok dimakan di musim dingin, karena efek daging kambingnya bisa meningkatkan kehangatan tubuh, apalagi jika dicampur dengan madu. Katanya sih, harisah sangat bagus dimakan oleh pasangan suami istri. Haha… yaa, lihat aja komposisinya: kambing, gandum, madu… wuiih… Makanya harisah tidak di jual di musim panas.
Gue pertama kali makan harisah jujur kurang suka. Dengan bentuk seperti adonan dan rasa kambing yang amis lalu ditambah campuran madu, itu gak pas banget di lidah. Tapi belum lama ini gue nemu harisah yang gak amis, dan sejak waktu itu gue jatuh hari sama makanan tersebut. Pengennya sih dinikahin, tapi kayaknya lebih enak dimakan.
Jajanan yang lain adalah phatta mauz. Phatta mauz adalah makanan seperti bubur yang terbuat dari pisang dan routha (roti segi empat yang gue sebut di atas) yang digiling halus lalu dicampur dengan susu murni. Kalau menurut gue, phatta mauz lebih enak dimakan sedikit, karena kalau kebanyakan campuran pisang dan susunya agak kurang bersahabat diperut.
Itu dulu deh yang bisa gue ceritain tentang kuliner di sini. Kapan-kapan kalau gue nemu makanan aneh lagi bakal gue tulis. Tapi tetap aja, menurut gue Indonesia masih nomer satu untuk urusan kuliner. Apa aja bisa jadi makanan enak di Indo. Gue kangen makan nasi jamblang khas kampung bokap, Cirebon. Yang paling dikejar kalau pulkam itu sarapan nasi jamblang, sama sambel goreng ati, cumi item, tahu bacem, aaaaaah… gila deh. Abis itu minumnya teh manis anget… wuiih segernya… haha..
Oke sip, terakhir gue mau ngucapin selamat hari Raya Iedul Fitri 1435 H untuk semua, mohon maaf lahir dan batinnya.



Friday, July 18, 2014

ATM Error di Luar Negri



Kebanyakan orang Indonesia banyak yang berpikiran bahwa tinggal di luar negri itu enak, bisa jalan-jalan, nikmati suasana baru, punya pengalaman baru, kenalan baru, gebetan baru de el el daaah pokoknya. Ya itu kalau mikirin enaknya aja, padahal sebenarnya gak selalu enak, suka dukannya tinggal di luar negri juga banyak. Kayak gue contohnya tinggal di Yaman, tipikal kota yang bisa dibilang potret Indonesia th 70-an menuntut gue untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat dengan segala enak dan gak enaknya.
Terus terang tinggal di Negara yang satu ini butuh kesabaran extra, selain cuaca yang cukup extrim, dengan potret kota yang gue sebutin tadi, segala apa yang gak pernah-pernahnya terlintas di otak bisa terjadi di sini. Dan ketika sesuatu hal diluar kebiasaan terjadi, lalu kita protes terhadap keadaan tersebut, hanya satu kalimat yang akan mejadi jawaban atas protes kita, ‘hei Bung, Anda di Yaman!’.
Contoh kecil yang menurut gue diluar kebiasaan, posisi bonceng motor misalnya. Di Indonesia, biasanya kita sering melihat pasangan suami istri yang sudah punya anak satu atau dua kalau boncengan naik motor suaminya di depan bawa motor, anak di taruh di sebelah tengah, lalu istri di belakang. Dengan posisi ini keadaan si anak terjamin aman meski dia tertidur di motor. Ada juga posisi lain, yaitu istri di depan bawa motor, suaminya di belakang dan anak tetap diapit bonyoknya, tapi menurut gue hal itu bisa terjadi cuma kalau istrinya lebih perkasa dari suaminya.
Di Yaman, semua berbalik. Posisi boncengan di sini yaitu, suami di depan bawa motor, istri tepat dibelakang suaminya, dan anaknya di taruh di belakang, jadi istri yang diapit suami dan anaknya. Kalau anaknya dua, sedangkan salah satu dari mereka ada yang lebih besar, maka yang lebih bersar tepat dibelakang ibunya dan yang paling kecil duduk paling belakang. Entah pola pikir dari mana yang membuat mereka berbuat seperti itu. Tapi menurut asumsi gue, berbhubung nikah di sini lumayan susah karena biaya mahar yang selangit, makanya sang istri ditaruh tepat dibelakang suami, dan anak-anak biar ditaruh dibelakang. Maklum ibunya mahal, kalau anak bisa bikin lagi, hehe… Mungkin seperti itu, tapi itu cuma asumsi gue aja yang sampai sekarang masih tanda tanya, dan paling-paling kalau gue tanya jawabannya sama, ‘hei, Anda di Yaman!’
Nah belum lama ini gue baru aja mengalami kejadian yang paling sering terjadi di kalangan mahasiswa Indonesia yang belajar di sini yaitu ATM error alias ngadat gak mau muntahin duit yang udah gue pencet-pencet transaksinya.
Gak bisa dipungkiri, tinggal di luar negeri kita memang butuh banget dengan yang namanya ATM, karena biaya pengiriman uang lewat jasa pengiriman seperti Western Union tergolong cukup mahal, yaitu 10% dari uang yang dikirim. Jadi kalau dari Indonesia mau mengirim uang sebesar 1jt rupiah, biaya pengirimannya sebesar 100 ribu rupiah. Dan anehnya biaya pengiriman yang cukup fantastis itu hanya terjadi di Western Union di Indonesia, soalnya gue pernah mengirim uang dari Western Union di sini (Yaman) ke Indonesia, biayanya hanya 10$ USD berapapun jumlah uang yang dikirim. Dan itu berlaku ke semua Negara. Mau mengirim wesel 1000$ USD, biaya pengirimannya tetap 10$ USD. Teman gue juga pernah mengirim uang dari Malaysia lewat Western Union dan biayanya sama 10$ USD berapapun jumlah yang dikirim. Ya maklumlah Negara kita banyak kantong yang harus di isi, hehe…
Balik lagi ke ATM, jadi ceritanya, gue waktu itu pergi ke ATM untuk mengambil uang. Di sini kebetulan gue pake ATM Mandiri. Seperti biasa, sampe mesin ATM gue masukin kartu lalu gue pencet-pencet di mesin ATM sesuai dengan langkah-langkanya. Pas sudah selesai, kartu juga udah gue ambil, uang yang gue tunggu keluar gak keluar keluar. Tapi tulisan di layar mesin ATM memberi tahu bahwa transaksi telah berhasil. Otomatis panik dong gue, transaksinya berhasi tapi uang gak keluar.
Akhinya gue langsung sms nyokap minta tolong ngecek saldo rekening gue berkurang atau enggak. Berhubung waktu itu hari minggu, maka baru keesokan harinya nyokap gue bisa ngecek langsung ke bank.
Setelah dicek, dan hasil rekap dikeluarkan oleh pihak bank, ternyata waktu mesin ATM gagal muntahin uang gue saldo dalam rekening tetap berkurang. Haaaah….lumayan lemes gue waktu itu. Tapi kata nyokap gue yang laporan ke bank, in syaa Allah semua bisa diatasi dan uang masih bisa kembali. Oleh pihak bank nyokap disuruh membuat laporan tertulis untuk masalah ini, kebetulan waktu itu nyokap laporannya di bank Mandiri Cab. Cibubur. Laporan yang sudah dibuat di bank cabang akan diteruskan ke Bank Mandiri pusat, setelah dari pusat baru laporan akan diteruskan lagi ke bank luar negri. Dan semua itu memakan waktu kurang lebih 75 hari.
Menurut pihak bank, hal yang gue alami ini terjadi kemungkinan karena jaringan internet yang kurang lancar atau sedang tidak ada persediaan dollar di dalam mesin ATM.
Mungkin itu dulu yang bisa gue share di sini, semoga ada pelajaran yang bisa diambil, khususnya yang bagi yang  berada di luar negri, atau yang sedang bersiap-siap untuk tinggal di luar negri. Hehe..
  

Saturday, July 5, 2014

Bintang Harapan




Bulan Juni baru saja beranjak, kepergiannya yang terasa begitu singkat cukup memberikan bekas memori dalam hidup gue. Sebelum memori itu hilang bersama waktu yang terus bergulir, gue mau sedikit mengabadikannya dalam bentuk coretan singkat.
Juni tahun ini  bisa dibilang spesial buat gue, bertepatan dengan bertambahnya umur gue di bulan ini, Juni juga mengajarkan gue banyak hal tentang kehidupan, cinta dan persahabatan. Segala apa yang ada di dalamnya mengajak gue untuk lebih banyak bersyukur dan menghargai hidup tidak hanya sebatas jalan yang harus ditapaki langkah demi langkah, tapi lebih kepada anugerah yang harus dijaga segala kebaikan yang ada di dalamnya. Menebar senyum adalah inti dari segala pencapaiannya. 
Gue belajar bahwa untuk bisa menghargai hidup, kita jangan melulu melihat dari sisi dimana kita berdiri. Memahami posisi orang lain dan menjaga hati mereka untuk tidak tersakiti karena kita itu merupakan penghargaan kita atas hidup yang diberikan. Sehingga dalam melangkah kita tidak hanya berpikir bagaimana caranya agar kita tidak menginjak duri, tapi lebih kepada usaha bagaimana jalanan ini nyaman untuk siapa saja yang melangkah.
Gak bisa dipungkiri, dalam hidup gue juga sering merasa bahwa hidup yang gue jalani terasa kurang adil, merasa nasib kurang berpihak, dan selalu saja kesedihan yang mengetuk pintu hari demi hari. Tapi jika mau sedikit merenungi, ketidakadilan yang kita rasakan adalah keadilan-Nya yang harus dijalani dan disyukuri. Selalu berbaik sangka pada setiap alurnya, maka akan ada kebahagiaan-kebahagiaan sederhana yang kerap luput dari kesadaran kita. Cukup dengan banyak bersyukur, maka setiap kesulitan akan terasa lebih ringan dijalani.
Belum lama ini ada yang nanya ke gue tentang defenisi cinta menurut gue. Cukup bingung sih gue jawabnya, karena sudah terlalu banyak pujangga yang mengeja artinya tapi masih saja cinta itu berwujud abstrak tanpa pola. Orang-orang begitu mudah mengatakan cinta, padahal dia sendiri masih bingung, sejauh apa ia mincintai, bagaimana ia mencinta, dan konsekuensi apa yang akan didapat dan harus dipenuhi ketika sudah mengatakan cinta. Tapi menurut gue, cinta itu sebenarnya sederahana. Ia adalah interpretasi dari ketulusan hati untuk menyayangi, mengasihi dan menjaga. Ketika seseorang sudah melakukan semuanya dengan tulus dari hati, maka cintanya tidak akan pernah bertepuk sebelah tangan, karena setiap yang dari hati akan sampai ke hati.
Tapi ada yang perlu diperhatikan jika ingin mencintai seseorang sebagai kekasih, cintailah ia pada waktu dan posisi yang tepat. Mencintalah ketika mulut sudah berikrar mengucap janji sehidup semati dalam ikatan suci. Mencinta sebelum waktunya hanya akan menemukan banyak rintangan, jika berhasil melewati beruntunglah. Tapi jika tidak, hati akan tersakiti oleh cinta yang dipaksa pergi. Keduanya akan merasakan sakit, tapi lebih sakit dia yang memutuskan untuk pergi, karena ia harus mematikan rasa untuk orang yang ia cintai.
Selain kehidupan dan cinta, Juni juga mengajarkan gue lebih dalam tentang arti sebuah persahabatan. Juni mengajarkan, bahwa sebaik-baik tempat kembali saat persoalan hidup dan cinta kurang berpihak adalah sahabat. Sahabat adalah orang yang selalu siap menampung keluh kesah kita akan cerita hidup, berbagi bersama dan menertawakannya sebagai lelucon hangat musim semi. Ia lebih dari sekedar teman biasa, karena ketika kita memutuskan untuk menjalin sebuah persahabatan, kita tidak hanya sepakat untuk berbagi tawa, tapi juga berbagi sedih serta derita lalu mencari jalan keluarnya bersama. Kalaupun jalan keluar tidak bisa ditemukan seketika, paling tidak berbagi dengan sahabat cukup meringankan sesak di dada. Kita ada untuk sahabat, sahabatpun selalu ada untuk kita. 
Bulan Juni kali ini juga spesial, karena di tahun ini gue dapet kado spesial dari sahabat gue, setelah sekian lama gue gak nerima kado ulang tahun.  Hehe… Dia bilang ke gue waktu ngasih kado itu, “Fik, ini kado dari gue khusus buat elo. Ini hasil karya gue sendiri lho, semua harapan elo ada di sini. Tapi ini gue simpen dulu, nanti kalau elo balik, lo harus ambil sendri ke rumah gue… hehe,” yap, berhubung gue masih di Yaman dan yang ngasih gue kado ada di Indo, jadi yang gue terima baru fotonya aja.


Dia buatin gue 100 bintang yang ditaruh di toples. Katanya sih, dulu dia suka melihat bintang dari beranda rumah bersama kakeknya, terus kakenya bilang, ‘kalau punya harapan, lihat bintang di atas. Gantungkan harapan di sana. Bintang itu dekat sama Allah. Nanti isyaa Allah, Allah dengerin harapan kita…’
Lalu dia nanya ke kakeknya, “kan bintang jauh. Kalau nanti bintang gak ada berarti gak bisa gantungin harapan lagi dong?”
Kakeknya menjawab, “bikin aja bintang sendiri, 100, 500, 1000, nanti tulis harapannya di sana sebanyak-banyaknya. Terus bintangnya simpan di botol atau ditempel di plafon kamar. Kan bintangnya jadi deket tuh.”
Kakeknya juga bilang bahwa lewat bintang dan harapan itu terngantung lampion doa kepada Allah. Walaupun disimpan di toples atau botol, tetap saja itu bintang harapan yang in syaa Allah akan didengar oleh Allah Swt. Tetapi meski begitu jangan lupa untuk terus berdoa kepada-Nya.
Kakeknya juga menjelaskan kenapa harus bintang adalah, karena harapan yang tertanam dalam hati itu sama dengan mimpi, dan mimpi lebih sering di malam hari saat kita tertidur. Sedangkan malam itu temannya bulan dan bintang, berhubung bulan cuma satu, maka lebih baik bintang, dengan begitu bisa lebih menggantungkan banyak harapan.
Mulai sekarang berharaplah yang terbaik untuk kehidupan, cinta dan persahabatan. Setiap orang punya masa lalu, setiap orang punya sejarah luka dan setiap orang pernah punya salah. Tetapi bukan berarti kesempatan untuk meraih kebahagiaan terbaik menjadi berkurang, karena masa depan yang cerah tidak pernah menyuruh kita membawa masa lalu yang kusam kepadanya. Bahkan ketika kita memutuskan untuk bahagia di masa depan, kita harus membuang jauh-jauh masa lalu kita, tetap fokus menatap langkah ke depan, pun jika harus menoleh kebelakang, jadikanlah ia pelajaran yang menguatkan kaki untuk terus melangkah tanpa henti. Gantungkan bintang harapan sebanyak-banyaknya, dan berharaplah yang terbaik untuk orang-orang yang kita sayangi.